“Niat Myanmar untuk melakukan kejahatan internasional telah dijelaskan kepada tingkat paling senior di PBB, namun tidak ada tindakan yang diambil,” kata kelompok tersebut dalam sebuah pernyataan pekan lalu.
3. Dugaan penyembunyian laporan kekerasan di Rakhine
Lok-Dessallien dituduh menyembunyikan laporan yang memperkirakan kekerasan “tanpa pandang bulu” di Rakhine dan menyerukan tindakan segera, serta mengisolasi staf yang menyampaikan kekhawatiran tentang hak-hak Rohingya.
Seorang pejabat PBB di Myanmar yang tidak disebutkan namanya mengatakan, bahwa pada 2014 Lok-Dessallien mengecualikan stafnya dari pertemuan tersebut untuk menghindari diskusi tentang Hak Asasi Manusia yang bertentangan dengan pendekatan “lembut-lembut” yang dia terapkan.
Pejabat tersebut mengatakan mereka bertemu dengan seorang staf Dewan Hak Asasi Manusia PBB yang menunggu di luar pertemuan dan mengatakan kepada mereka: “Renata bahkan tidak mengizinkan kami masuk ke dalam ruangan”.
“PBB tidak mendorong orang-orang untuk melakukan tindakan yang melanggar batas,” kata pejabat itu. “Orang-orang membutuhkan banyak waktu untuk bisa masuk dan kemudian maju di PBB. Mereka tidak mau menyerah begitu saja, terutama ketika mereka merasa tidak akan terjadi apa-apa, apalagi dengan Renata sebagai pemimpinnya”.
(Rahman Asmardika)