Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Hampir Setengah Abad Perundingan Perdamaian Pertama Arab-Israel, Konflik Israel-Palestina Belum Selesai

Susi Susanti , Jurnalis-Jum'at, 15 Desember 2023 |08:03 WIB
Hampir Setengah Abad Perundingan Perdamaian Pertama Arab-Israel, Konflik Israel-Palestina Belum Selesai
Hampir setengah abad perundingan damai Israel-Arab pertama (Foto: CORBIS)
A
A
A

GAZA - Sudah lebih dari 45 tahun sejak perundingan perdamaian Arab-Israel pertama, yang dimulai dengan kunjungan mendadak Presiden Mesir ke Yerusalem.

Beberapa pembicaraan telah berhasil, termasuk antara Israel dan Yordania, serta Israel dan beberapa negara Liga Arab. Namun penyelesaian masih belum tercapai dalam apa yang oleh banyak orang dianggap sebagai konflik inti yakni perselisihan antara Israel dan Palestina.

Pembicaraan pertama antara Israel dan Palestina – yang diwakili oleh Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) – baru terjadi pada 1992.

Perjanjian Oslo pada tahun berikutnya menetapkan bahwa pasukan Israel akan mundur secara bertahap dari Tepi Barat dan Gaza, dan bahwa "Otoritas Pemerintahan Sendiri Sementara Palestina" akan dibentuk untuk masa transisi lima tahun.

Kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan perundingan “status akhir”, namun Hamas dan kelompok penolakan Palestina lainnya tidak menerima Oslo dan melancarkan serangan bom bunuh diri terhadap warga Israel. Ada juga oposisi di Israel dari sayap kanan, yang menjadi dominan, dan Oslo hanya menerapkan sebagian saja.

Perundingan terus berlanjut bertahun-tahun setelahnya, namun gagal pada 2014 dan tidak ada kesepakatan yang pernah dicapai antara kedua pihak.

Seperti diketahui, perang Israel melawan Hamas di Gaza terus memanas. Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah bertemu dengan Penasihat keamanan nasional Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, Jake Sullivan, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dia akan sangat puas dengan kemenangan total melawan Hamas.

“Tentara heroik kami tidak gugur sia-sia,” terangnya, dikutip CNN.

“Di tengah rasa sakit yang mendalam atas kejatuhan mereka, kami semakin bertekad untuk terus berjuang sampai Hamas tersingkir – hingga kemenangan mutlak,” lanjutnya.

Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah mengeluarkan pernyataan yang memperingatkan konsekuensi tragis dari konflik ini akan ditanggung secara tidak proporsional oleh perempuan dan anak perempuan dari generasi ke generasi.

“Wanita hamil, bersama dengan anak-anak, orang lanjut usia, dan penyandang disabilitas, memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit menular, kekurangan gizi, dan kematian, yang semuanya semakin mungkin terjadi seiring dengan runtuhnya infrastruktur sipil di Gaza”, kata pernyataan itu, dikutip BBC.

PBB mengatakan gangguan terhadap perumahan, sekolah dan layanan kesehatan akan menghancurkan masa depan anak-anak perempuan di Gaza, yang mereka sebut “sudah rapuh”.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement