GAZA - Sebuah batalion “elite” di tentara Israel telah meninggalkan Jalur Gaza dalam sebuah tindakan yang menurut sebuah stasiun TV terkait dengan “reorganisasi pasukan” setelah kerugian besar di titik panas pertempuran di distrik Shujaiya.
Channel 13 Israel pekan lalu melaporkan bahwa Batalyon ke-13 Brigade Golani telah mengalihkan kendali atas lingkungan Kota Gaza ke pasukan lain. Tentara Israel mengumumkan “kontrol operasional” di wilayah tersebut pada Kamis, (21/12/2023) namun telah membuat pengumuman serupa yang diikuti dengan bentrokan yang terus berlanjut.
Pejuang dari sayap bersenjata Hamas, Brigade Al-Qassam, baru-baru ini menyergap pasukan Brigade Golani di Shujaiya yang membunuh dan melukai sejumlah besar tentara Israel.
Nama-nama 10 anggota Brigade Golani yang tewas dalam penyergapan tersebut dipublikasikan, sementara empat lainnya terluka parah, termasuk perwira tingkat menengah.
Setelah penarikan mereka dari Jalur Gaza, media Israel menerbitkan klip video yang mengklaim menunjukkan tentara di batalion tersebut merayakan setelah meninggalkan medan perang.
Shujaiya memiliki reputasi sebagai "perangkap maut" bagi pasukan Israel, dan lingkungan tersebut merupakan lokasi Tell al-Muntar, sebuah bukit yang menjadikan kawasan tersebut penting secara militer selama berabad-abad. Secara historis, kota ini dianggap sebagai pintu gerbang ke Gaza, karena pemandangannya yang indah dan akses strategis ke seluruh Kota Gaza.
Tal Lev-Ram, koresponden militer untuk surat kabar Maariv Israel, mengatakan Brigade Golani memiliki perselisihan "panjang dan berdarah" dengan Shujaiya karena penargetan pengangkut personel lapis baja (APC) pada 2014 yang menewaskan tujuh tentara dan penculikan mayat dari Oron Shaul.
Reporter Israel Hanan Greenwood, yang memasuki Shujaiya bersama pasukan dari Brigade Golani, menggambarkan lingkungan tersebut sebagai salah satu "target paling kuat yang pernah dihadapi Golani sejak awal perang".
“Lingkungan ini sangat ramai, dengan sebuah casbah di tengahnya dan satu batalion (pejuang) yang dipandang sebagai yang terkuat di Gaza,” katanya.
(Rahman Asmardika)