Peristiwa gerakan Ratu Adil dalam zaman Kala Suba terjadi di Klaten dengan peristiwa Mangkuwijaya pada tanggal 8 juli 1865. Gerakan ini mengalami kegagalan sebelum melancarkan aksinya. Gerakan yang dilakukan oleh Mangkuwijoyo diilhami dari tulisan-tulisan yang berisi ramalan Jayabaya.
Pengikut gerakan Mangkuwijoyo percaya bahwa orang asing akan dibinasakan serta Surakarta dan Yogyakarta dihancurkan. Dari ketiga gerakan Ratu Adil tidak muncul pada zaman Kala Suba yang berlangsung pada tahun 1800-1900. Kemunculan Ratu Adil masih diharapkan pada zaman berikutnya seperti, zaman Kala Sumbaga atau Jaman Kala Surasa.
Versi Sabdo Palon Sunan Kalijaga dalam pupuh Kinanthi Serat Lambang Praja karya Mangunwijoyo menyatakan kehadiran Ratu Adil adalah lima ratus tahun semenjak kerajaan Demak.
Hanya pada zaman itu daya tarik ke-Ratu Adilan tertutup oleh aspek kelahiran, tanpa ingat akan “lautan” daya tenaga dalam tenaga; orang lebih memilih bersenang-senang dahulu, sambil mecari kesalahan pihak lain. Pada zaman Kala Sumbaga (1901-2000) kehadiran Ratu Adil ditegaskan sebagai proses kemerdekaan Indonesia yang menjadi jembatan emas menuju keadaan damai dan makmur. Keadaan zaman Kala Sumbaga digambarkan sebagai negara yang terkenal ke penjuru dunia dengan penuh kebaikan.