JAKARTA - Ramalan Jayabaya merupakan sebuah tulisan-tulisan kuno yang dibuat oleh Prabu Jayabaya seorang Raja Kediri tahun 1135-1159. Terdapat sejumlah versi terkait penafsiran ramalan ini yaitu dari Kitab Musarar dan Sabdo Palon. Salah satu ramalan jayabaya yang paling populer adalah kemunculan Ratu Adil.
Melansir Jurnal Filsafat dan Pemikiran Islam, terdapat dua versi ramalan jayabaya tentang Ratu Adil yang di antaranya sebagai berikut : Versi Kitab Musasar Ratu Adil sang juru selamat dengan Herucakra dalam ramalan Jayabaya adalah kunci utama yang sangat berpengaruh bagi rakyat.
Kedatangan Ratu Adil memiliki kesamaan dengan munculnya Imam Mahdi atau Mesias. Risalah Jayabaya menunjukkan kehadiran Ratu Adil dengan lambang “Tunjung Putih semune pudhak sinumpet” (seorang berhati suci yang masih disembunyikan identitasnya oleh kegaiban Tuhan).
Setelah selesai pemerintahannya, muncul zaman Kala bendhu. zaman Kala Bendhu merupakan zaman dimana banyak orang mengejar kepentingan pribadi dan banyak dikuasai angkaramurka. Keadaan ini akan hilang dengan bergantinya jaman menjadi jaman Kala Suba, yang meruapakan jaman kegembiraan rakyat.
Zaman Kala Suba dikenal dengan munculnya Ratu Amisan yang juga disebut Sultan Heru Cakra. Dalam sejarah jaman Kala Suba (1801-1900) dikenal tokoh Pangeran Diponegoro sebagai Ratu Adil yang melawan penjajah Belanda.
Pangeran Diponegoro dalam sejarah mempergunakan gelar Sultan Ngabdulkamid Erucakra Kabirul Mukminin Sayidina Panatagama Jawa Khalifat Rasulullah.
Peristiwa gerakan Ratu Adil dalam zaman Kala Suba terjadi di Klaten dengan peristiwa Mangkuwijaya pada tanggal 8 juli 1865. Gerakan ini mengalami kegagalan sebelum melancarkan aksinya. Gerakan yang dilakukan oleh Mangkuwijoyo diilhami dari tulisan-tulisan yang berisi ramalan Jayabaya.
Pengikut gerakan Mangkuwijoyo percaya bahwa orang asing akan dibinasakan serta Surakarta dan Yogyakarta dihancurkan. Dari ketiga gerakan Ratu Adil tidak muncul pada zaman Kala Suba yang berlangsung pada tahun 1800-1900. Kemunculan Ratu Adil masih diharapkan pada zaman berikutnya seperti, zaman Kala Sumbaga atau Jaman Kala Surasa.
Versi Sabdo Palon Sunan Kalijaga dalam pupuh Kinanthi Serat Lambang Praja karya Mangunwijoyo menyatakan kehadiran Ratu Adil adalah lima ratus tahun semenjak kerajaan Demak.
Hanya pada zaman itu daya tarik ke-Ratu Adilan tertutup oleh aspek kelahiran, tanpa ingat akan “lautan” daya tenaga dalam tenaga; orang lebih memilih bersenang-senang dahulu, sambil mecari kesalahan pihak lain. Pada zaman Kala Sumbaga (1901-2000) kehadiran Ratu Adil ditegaskan sebagai proses kemerdekaan Indonesia yang menjadi jembatan emas menuju keadaan damai dan makmur. Keadaan zaman Kala Sumbaga digambarkan sebagai negara yang terkenal ke penjuru dunia dengan penuh kebaikan.
Peristiwa gerakan Ratu Adil ada dan mengakar sesuai pembelaan yang disampaikan Sukarno dalam persidangan pengadilan negeri Bandung tahun 1930 M.
Soekarno menyatakan : "Haraplah pikirkan tuan-tuan Hakim, apakah sebabnya rakyat senantiasa percaya dan menunggu-nunggu datangnya “Ratu Adil”, apakah sebabnya sabda Prabu Jayabaya sampai hari ini masih terus menyalakan harapan rakyat. Apakah sebabnya seringkali kita mendengar bahwa di desa ini atau di desa itu telah muncul seorang “Imam Mahdi” atau “Heru Cakra” atau turunan seorang Wali Sanga.
Tak lain tak bukanlah oleh karena hati rakyat yang menangis itu, tak berhenti-hentinya, yak habis-habisnya menunggu-nunggu atau mengharap-harapkan datangnya pertolongan, sebagaimana orang yang berada dalam kegelapan tak henti hentinya pula saban jam, saban menit, saban detik, menunggu-nunggu dan mengharap-harapkan: kapan, kapankah matahari terbit.
Dalam ramalan R. Ng. Ranggawarsita menyebutkan kelahiran ratu adil adalah tahun 1877 Jawa bertepatan dengan tahun 1945 Masehi. Tahun tersebut merupakan kemunculan Ratu Amisan yang diungkapkan dalam jangka Jayabaya.
Ramalan dalam kitab Joko Lodhang ini dipersonifikasikan dalam sosok Ir. Soekarno sebagai plokamator yang memimpin kemerdekaan Indonesia. Kemunculan Ratu Adil selalu dinantikan kehadirannya oleh masyarakat Indonesia.
Hal ini disebabkan karena adanya anggapan bahwa dengan datangnya Ratu Adil akan memberikan jalan keluar atas kerusakan tatanan sosial-politik, sosial-ekonomi dan sosial-budaya.
Wallahualam Bissawab
(Fahmi Firdaus )