PORT MORESBY – Protes perselisihan mengenai gaji petugas polisi dan pegawai negeri lainnya berubah menjadi kerusuhan besar yang tidak terkendali di Ibu Kota Papua Nugini (PNG), Port Moresby.
Kekerasan meletus pada Rabu (10/1/2024) malam setelah sekelompok tentara, petugas polisi dan penjaga penjara melancarkan protes terhadap pemerintah.
Massa yang marah membakar gedung-gedung dan menggeledah toko-toko pada malam kekacauan yang menyebar 300 kilometer (186 mil) utara ke kota Lae.
Toko-toko dan mobil dibakar dan supermarket dijarah ketika ratusan orang turun ke jalan setelah polisi melakukan pemogokan karena perselisihan gaji.
Tayangan TV menunjukkan kerumunan besar dan penjarahan di seluruh kota. Sebuah pusat perbelanjaan besar termasuk di antara gedung-gedung yang terbakar.
Petugas ambulans mengatakan mereka telah menangani beberapa korban luka tembak, sementara kedutaan Amerika Serikat (AS) melaporkan adanya tembakan di dekat kompleks kedutaan.
Pada Rabu (10/1/2024) malam, sebagian besar kekerasan telah berhenti ketika laporan awal mengenai jumlah kematian telah diperkirakan yakni 15 orang. Port Moresby memiliki populasi sekitar 400.000 orang.
Pada Kamis (11/1/2024) sore, komisaris polisi David Manning mengonfirmasi bahwa sedikitnya 15 orang tewas di dua kota terbesar di negara itu.
Gubernur Distrik Ibu Kota Nasional Powes Parkop mengatakan dalam siaran radio bahwa penjarahan dilakukan oleh "oportunis".
Perdana Menteri (PM) Papua Nugini James Marape berjanji untuk menindak “pelanggaran hukum” pada Kamis (11/1/2024).
Marape pada Kamis (11/1/2024) meminta maaf kepada negaranya, dengan mengatakan ledakan “pelanggaran hukum” “tidak akan ditoleransi”.
“Saya ingin berbicara hari ini, berbicara kepada masyarakat dan berbicara kepada negara,” katanya pada konferensi pers.
“Ini adalah negara Anda dan juga negara saya. Melanggar hukum tidak akan menghasilkan hasil tertentu,” lanjutnya.
(Susi Susanti)