Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Ketakutan Masa Depan yang Tak Pasti Hantui Warga Palestina saat Perang Menghancurkan Gaza

Susi Susanti , Jurnalis-Sabtu, 20 Januari 2024 |12:43 WIB
Ketakutan Masa Depan yang Tak Pasti Hantui Warga Palestina saat Perang Menghancurkan Gaza
Warga Palestina takut akan masa depan yang tak pasti akibat perang yang menghancurkan Gaza (Foto: Reuters)
A
A
A

GAZA – Ketika Israel mengintensifkan serangannya terhadap Khan Younis, warga Palestina di Gaza telah mengungkapkan ketakutan mereka akan masa depan.

Tentara Israel telah menghancurkan sistem pemerintahan, membunuh sejumlah besar petugas keamanan dan polisi, serta menghancurkan markas besar keamanan dan kantor polisi, sehingga kejahatan biasa tidak terkendali.

Beberapa pertempuran terberat di Gaza dalam beberapa hari terakhir terjadi di sekitar kota selatan.

Keluarga-keluarga yang mengungsi telah meninggalkan area rumah sakit Nasser, rumah sakit (RS) terbesar yang masih berfungsi di wilayah tersebut.

Lebih dari 24.000 orang telah terbunuh di Gaza sejak Israel melancarkan tanggapannya terhadap serangan Hamas pada 7 Oktober, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.

Mayoritas dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi dan berjuang setiap hari untuk mendapatkan makanan, minuman, dan obat-obatan.

Mohammed al-Khaldi, ayah dari dua anak yang mengungsi dari Kota Gaza, mengatakan kepada BBC dirinya telah kehilangan rumah, toko, dan sumber pendapatan. “Saya tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan hidup paling sederhana untuk anak-anak saya,” terangnya.

“Saya menganggap pendudukan Israel bertanggung jawab atas kehancuran besar-besaran tersebut, namun saya tidak membebaskan Hamas dari tanggung jawab atas semua yang terjadi,” katanya.

Hamas adalah kelompok Palestina yang menguasai Gaza sejak tahun 2007. Sayap militernya, Brigade Izzedine al-Qassam, diperkirakan memiliki sekitar 30.000 anggota sebelum serangan 7 Oktober terhadap Israel yang menewaskan sekitar 1.300 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyaksikan 240 sandera dibawa kembali ke Gaza.

“Hal terburuk yang bisa terjadi adalah kita kembali ke situasi sebelumnya, perang setiap dua atau tiga tahun. Situasinya sulit sebelum perang dan sekarang menjadi bencana besar,” lanjutnya.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement