Namun, pengawas anti-permukiman Israel, Peace Now, memperingatkan dalam cuitan di X.
"Bukannya membangun masa depan yang penuh harapan, perdamaian, dan keamanan, pemerintah Israel malah membuka jalan bagi kehancuran kita,” cuitnya.
Dilaporkan bahwa proyek-proyek tersebut akan berdampak negatif pada kemungkinan solusi dua negara terhadap konflik Israel-Palestina.
Kementerian luar negeri Otoritas Palestina yang berbasis di Tepi Barat mengutuk rencana baru tersebut dan pernyataan Smotrich.
“Permukiman tidak sah dan tidak sah sejak awal, mewakili seruan eksplisit untuk melanjutkan spiral kekerasan dan perang,” kata sebuah pernyataan.
Smotrich mengemukakan rencana tersebut pada 22 Februari lalu, beberapa jam setelah tiga pria bersenjata Palestina melepaskan tembakan ke mobil di jalan dekat Maale Adumim, menewaskan satu orang Israel dan melukai beberapa lainnya. Dia mengatakan serangan itu harus mendapat respons keamanan yang tegas namun juga respons penyelesaian.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken menyatakan kekecewaannya terhadap keputusan tersebut pada hari berikutnya dan mengejutkan banyak pengamat dengan menyatakan bahwa AS memandang pemukiman sebagai tindakan ilegal, kembali ke posisi yang telah dibatalkan oleh pemerintahan mantan Presiden Donald Trump pada 2019.
“Sudah menjadi kebijakan lama AS di bawah pemerintahan Partai Republik dan Demokrat bahwa permukiman baru adalah kontraproduktif dalam mencapai perdamaian abadi,” katanya kepada wartawan di Argentina.
"Peraturan ini juga tidak sejalan dengan hukum internasional. Pemerintahan kami tetap menentang perluasan pemukiman. Dan menurut penilaian kami, hal ini hanya melemahkan tidak memperkuat keamanan Israel,” lanjutnya.
Sebuah laporan Peace Now mengatakan pada Januari lalu bahwa telah terjadi lonjakan aktivitas pemukiman yang belum pernah terjadi sebelumnya di Tepi Barat sejak dimulainya perang di Jalur Gaza, yang dipicu oleh serangan mematikan Hamas di Israel pada tanggal 7 Oktober.
Tepi Barat juga mengalami peningkatan kekerasan pada periode yang sama.
PBB mengatakan setidaknya 413 warga Palestina, anggota kelompok bersenjata, penyerang dan warga sipil telah tewas dalam insiden terkait konflik di Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, atau di Israel sejak Oktober.
Lima belas warga Israel, termasuk empat personel pasukan keamanan, juga tewas.
(Susi Susanti)