Buku sekolah ini juga menyediakan bagian yang berisi sejarah yang menyimpang untuk menjelaskan invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina, dengan menggunakan istilah Kremlin yakni operasi militer khusus.
“Ketika terjadi kudeta di Kyiv pada 2014, pemerintahan baru memulai tindakan keras terhadap segala sesuatu yang berbau Rusia,” tegas para penulis, sebelum membuat serangkaian klaim palsu.
"Buku-buku Rusia dibakar, monumen dihancurkan, lagu-lagu Rusia dan bahasa Rusia sendiri dilarang. Koktail 'darah Rusia' disajikan di restoran."
“Kota-kota di wilayah Luhansk dan Donetsk, di mana terdapat perbedaan pendapat terhadap kebijakan semacam itu, dibombardir dengan peluru dan roket Nazi,” lanjutnya.
Para penulis menyatakan Ukraina dan NATO-lah yang berencana memulai perang, dan secara aneh menyatakan bahwa sejumlah besar tentara Ukraina dan kendaraan lapis baja terkonsentrasi di perbatasan.
Faktanya, Rusia-lah yang mengerahkan lebih dari 100.000 tentara di sepanjang perbatasannya dengan Ukraina dan di Belarusia, seolah-olah untuk latihan militer gabungan, namun kemudian melancarkan invasi penuh pada 24 Februari 2022.
Analis politik Ukraina Volodymyr Fesenko menyimpulkan buku teks tersebut sebagai semua informasi yang salah dan kebohongan.
Buku tersebut selanjutnya mengklaim secara keliru bahwa kota pelabuhan Mariupol di Ukraina, yang dihantam selama hampir tiga bulan oleh pemboman Rusia, dihancurkan dalam pertempuran dengan ‘Nazi’ dan ‘tentara bayaran asing’.
Buku sekolah itu menyatakan Teater Mariupol hancur karena pertempuran dan kebakaran. Padahal, kenyataannya serangan udara Rusia menyebabkan puluhan orang tewas
“Rusia berperang dengan integritas,” tegas para penulis. Dalam beberapa kutipan, mereka menegaskan Rusia memprioritaskan keselamatan warga sipil Ukraina dan meminimalkan kehancuran, sedangkan Ukraina sering menargetkan infrastruktur sipil.
Selama musim dingin tahun 2022-2023, Rusia menghancurkan lebih dari 40% infrastruktur listrik Ukraina dengan lebih dari 1.000 serangan rudal dan drone, menurut angka Kyiv.
Mengenai integritas Rusia, Fesenko mengatakan ada banyak contoh yang membuktikan hal sebaliknya. “Kita semua ingat tragedi di Bucha, di mana puluhan warga sipil Ukraina dibunuh oleh orang Rusia dan perempuan dilaporkan diperkosa,” ujarnya.
Bagian lain dari buku ini dimulai dengan tinjauan mendalam tentang struktur Angkatan Bersenjata Rusia dan semakin banyak seruan bagi mereka yang berusia di atas 18 tahun untuk mendaftar menjadi tentara.
Buku teks mencantumkan dokumen yang diperlukan dan tautan ke formulir aplikasi serta alamat terdekat untuk pendaftaran. Laporan ini menyoroti tunjangan militer seperti perawatan kesehatan gratis dan asuransi, gaji menarik, dan makan tiga kali sehari.
Olha Skrypnyk, kepala kelompok hak asasi manusia (HAM) Krimea memperingatkan laki-laki muda dari wilayah pendudukan Ukraina, seperti Krimea dan Donbas, yang telah menjadi sasaran propaganda agresif selama 10 tahun dan memiliki sedikit kesempatan untuk mendapatkan uang, mungkin tertarik dengan bonus ekonomi ini.
Buku sekolah ini mungkin membantu meningkatkan jumlah orang yang bergabung dengan militer.
“Jadi anak-anak ini pergi berperang dan mati,” ujarnya.
Rusia tidak memberikan rincian mengenai jumlah korban dalam perang di Ukraina namun dalam dua tahun perang, setidaknya 1.240 tentara di bawah usia 20 tahun tewas menurut informasi sumber terbuka yang dikonfirmasi oleh BBC di Rusia.
(Susi Susanti)