JAKARTA - Inilah alasan banyak anggota KKB Papua gunakan senjata api dari Pindad. Hal ini terungkap saat Kepolisian Daerah (Polda) Maluku menyatakan, dua oknum anggota polisi yang diduga terlibat kasus penjualan senjata api, dan amunisi kepada seorang tersangka yang tertangkap di Polres Bintuni, Papua Barat akan diproses pidana dan kode etik.
Terungkapnya kasus dugaan penjualan senjata api dan amunisi berawal dari Polres Bintuni menahan seorang warga yang mengaku membelinya di Kota Ambon. Lantas apa alasannya?
Ternyata ini alasan banyak anggota KKB Papua gunakan senjata api dari Pindad dikarenakan beberapa pasukannya yang menyerang TNI. Lantaran itu diperoleh saat mereka beberapa waktu lalu menyerang/membunuh prajurit TNI kemudian merampas senjatanya.
Sebagai informasi, akun Twitter @RandomWorldWar mengunggah beberapa foto yang menunjukkan KKB sedang menyandera Kapten Philips sambil membawa berbagai jenis senjata api. Dalam unggahan itu, dinarasikan bahwa senjata yang digunakan adalah produk Pindad.
"Senjata api yang digunakan para teroris OPM (Organisasi Papua Merdeka) untuk menyandera pilot Susi Air ini adalah Pindad SS2 V1 dengan alat bidik perbesaran 4x Trijicon TA31 ACOG, Pindad SS2 V1 dengan pelontar granat UGL 40mm & Pindad SS1 V1. Semua senapan memakai amunisi 5,56x45mm NATO & buatan Indonesia," tulis akun tersebut.
Akun ini melanjutkan, untuk senapan serbu atau small arms secara umum yang buatan Indonesia, bisa didapatkan oleh KKB dengan cara mencurinya atau merampasnya dari prajurit TNI maupun polisi yang terluka hingga meninggal, bahkan dari helikopter aparat keamanan yang mengalami kecelakaan. Namun, akun ini juga menuding bahwa seluruh senjata tersebut bisa dibeli dari oknum tertentu di Indonesia.
"Bisa juga membelinya dari oknum pengkhianat Indonesia," tulisnya.
"Nah, sebelum menuduh negara lain terkait aliran dana yang masuk ke OPM, ada baiknya berkaca dulu ke negara kita sendiri, apa ada oknum yang memanfaatkan uang negara yang notabene uang kita juga untuk membiayai OPM? Selain itu terdapat banyak simpatisan OPM di dalam & luar negeri," sambungnya.
(Rina Anggraeni)