LEBANON – Jurnalis asal Amerika Serikat (AS), Terry Anderson, yang disandera hampir 7 tahun di Lebanon baru saja menutup mata untuk selamanya pada Minggu (21/4/2024).
Kepergiannya menyisakan banyak kenangan terutama terkait penahanannya yang begitu lama di Lebanon. Apa yang dilakukannya saat ditahan? Apa yang membuatnya bertahan? Dan masih banyak pertanyaan lainnya.
Anderson diketahui disandera oleh militan Islam selama hampir tujuh tahun di Lebanon dan menjadi simbol penderitaan para sandera Barat selama perang saudara di negara itu pada tahun 1975-1990.
Mantan kepala koresponden Timur Tengah untuk The Associated Press (AP) itu menjadi sandera terlama dari sejumlah warga Barat yang diculik di Lebanon.
Dia dikurung di dalam sel yang minim penerangan oleh sebagian besar kelompok Muslim Syiah. Tangan dan kakinya dirantai seerta matanya ditutup.
Dia mengaku hampir menjadi gila dan bahwa hanya keyakinan Katolik Roma yang menghalangi dia untuk bunuh diri sebelum dia dibebaskan pada Desember 1991.
"Apa yang membuatku bertahan?,” dia bertanya tak lama setelah dibebaskan, dikutip Reuters.
"Teman-temanku. Aku beruntung memiliki orang-orang yang bersamaku hampir sepanjang waktu. Keyakinanku, keras kepala. Kamu melakukan apa yang harus kamu lakukan. Kamu bangun setiap hari, mengumpulkan energi dari suatu tempat. Kamu pikir kamu belum mendapatkannya dan Anda melewati hari dan melakukannya. Hari demi hari demi hari,” ungkapnya.
Sandera lain menggambarkan Anderson sebagai orang yang tangguh dan aktif di penangkaran, belajar bahasa Prancis dan Arab, serta berolahraga secara teratur.
Namun, mereka juga bercerita tentang dia yang membenturkan kepalanya ke dinding hingga berdarah karena frustrasi karena pemukulan, isolasi, harapan palsu, dan perasaan diabaikan oleh dunia luar.
“Ada batas berapa lama kami bisa bertahan dan beberapa dari kami sudah mendekati batas tersebut dengan sangat buruk,” kata Anderson dalam rekaman video yang dirilis oleh para penculiknya pada bulan Desember 1987.