ISRAEL – Israel pada Rabu (24/6/2024) mengatakan pihaknya siap dan terus maju dengan rencana operasinya di kota Rafah, Gaza selatan, meskipun ada kecaman internasional atas kekhawatiran terhadap 1,5 juta warga Palestina yang berlindung di sana.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah melakukan semua persiapan yang diperlukan untuk merebut kota Rafah paling selatan di Gaza dan dapat melancarkan operasi setelah mendapat persetujuan pemerintah.
“Israel melanjutkan operasi kami untuk menargetkan Hamas di Rafah,” kata juru bicara pemerintah David Mencer pada konferensi pers, dikutip AFP.
“Empat batalion yang tersisa di Rafah tidak dapat dilindungi dari Israel. Mereka akan diserang,” lanjutnya.
Mencer menambahkan bahwa dua brigade cadangan telah dikerahkan untuk misi pertahanan dan taktis di Gaza melawan gerakan Islam Palestina.
Sejak invasi darat Israel dimulai di Gaza pada 27 Oktober, setidaknya 18 atau 19 dari 24 batalyon Hamas telah dihancurkan.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu berulang kali mengatakan bahwa Israel akan terus melancarkan ancaman serangan terhadap Rafah, pusat populasi besar terakhir di Gaza yang belum dimasuki pasukan darat Israel.
Netanyahu yang berhaluan keras itu mengatakan bahwa penghancuran empat batalyon Hamas yang tersisa di Rafah sangat penting bagi tujuan perang pemerintahnya untuk menghancurkan kelompok Islam di Gaza.
Mayoritas dari 2,4 juta penduduk Gaza mengungsi di Rafah, banyak di antaranya berlindung di perkemahan sementara.
Negara-negara termasuk sekutu utama Israel, Amerika Serikat (AS), telah memperingatkan Israel agar tidak mengirimkan pasukan ke Rafah, karena khawatir akan jatuhnya banyak korban sipil.
“Invasi militer besar-besaran ke Rafah akan menimbulkan dampak yang sangat merugikan” terhadap warga sipil yang terperangkap di sana dan “pada akhirnya akan merugikan keamanan Israel”, kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller pada awal bulan ini.
Pejabat Palang Merah Fabrizio Carboni mengatakan kelompok kemanusiaan tidak mengetahui laporan rencana untuk memindahkan penduduk Rafah dari kota tersebut sebelum serangan terjadi.
“Tidak ada syarat bagi operasi militer tanpa konsekuensi kemanusiaan yang menghancurkan,” katanya kepada AFP, Selasa (23/4/2024).
Hamas menginginkan gencatan senjata permanen di Gaza, yang pada saat ini tidak dapat diterima oleh Netanyahu, yang telah berjanji untuk “menghilangkan” semua batalyon Hamas.
(Susi Susanti)