Dan sekarang mereka baru saja lolos dari pengeboman di daerah yang diperintahkan. “Sulit untuk berpikir jernih. Saya merasa marah, terhina dan sedih karena saya tidak dapat memberikan perlindungan apa pun bagi keluarga saya,” ujarnya,
Akhirnya, keluarga Adnan pindah ke sebuah apartemen di Nuseirat di Gaza tengah, sementara tim BBC di tenda di rumah sakit Nasser di Khan Younis. Di sana, komunikasi sulit, sinyal internet dan telepon terkadang terputus.
Adnan pun terkadang tidak mendengar kabar dari keluarganya selama empat atau lima hari.
Di Khan Younis, tim BBC yang berisi sekitar tujuh orang, hidup dengan makan satu kali sehari. Kalaupun ada makanan, terkadang kami tidak memakannya karena hampir tidak ada tempat untuk pergi ke toilet.
Selama perang terjadi, Kepala biro Al Jazeera Wael Al-Dahdouh, mengalami kerugian yang sangat besar.
Rumah yang ditinggali keluarganya terkena serangan udara Israel. Istrinya, anak laki-lakinya yang masih remaja, anak perempuan berusia tujuh tahun, dan cucu laki-lakinya yang berusia satu tahun tewas.
Militer Israel mengatakan pihaknya mengambil tindakan pencegahan untuk mengurangi korban sipil, dan dalam kasus ini mereka menargetkan infrastruktur teroris Hamas di wilayah tersebut.
Adnan telah meliput konflik di Gaza selama 15 tahun, namun perang ini berbeda, mulai dari serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya hingga skala kerugiannya.
(Susi Susanti)