“Selama seminggu terakhir, perkemahan ini telah menjadi tempat berkembang biaknya serangan antisemit terhadap mahasiswa Yahudi,” tulis 21 anggota parlemen tersebut, dikutip BBC.
“Waktu untuk negosiasi telah berakhir; sekarang saatnya untuk mengambil tindakan,” lanjutnya.
Universitas New York telah menjadi titik fokus perdebatan di negara tersebut mengenai perang di Gaza dan dukungan AS terhadap Israel, serta kekhawatiran bahwa antisemitisme membahayakan mahasiswa Yahudi.
Pada tanggal 18 April, polisi menggerebek perkemahan pro-Palestina di pusat kampus dan menangkap lebih dari 100 mahasiswa.
Namun para aktivis melipatgandakan upaya mereka, berkumpul kembali di kelompok lain dan mendorong pimpinan universitas untuk beralih ke pembelajaran hibrida.
Selama akhir pekan, universitas tersebut membantah rumor tentang akan dilakukannya ‘lockdown’ atau penggusuran di kampus dan mengatakan kepada mahasiswa bahwa mereka tidak berencana untuk memanggil polisi kembali ke kampus.
Pada Senin (29/4/2024) pagi, Dr Shafik mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa sejak Rabu (24/4/2024), sekelompok kecil pemimpin akademis telah melakukan dialog konstruktif dengan penyelenggara mahasiswa untuk menemukan jalan yang akan menghasilkan pembongkaran perkemahan.