JAKARTA – Kecamatan Pitumpanua Kabupaten Wajo menjadi salah satu wilayah yang terkena dampak banjir bandang di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.
Banjir tersebut menyebabkan jalan poros Wajo-Palopo lumpuh total, memutus akses dan aktivitas sehari-hari penduduk setempat.
Banjir ini berasal dari hujan deras yang mengguyur selama 10 jam tanpa henti dan mengakibatkan tanggul sungai tidak kuasa menahan beban hingga akhirnya jebol.
Air yang meluap bukan hanya merendam jalan, tapi juga permukiman warga, menyisakan lumpur dan kerusakan di mana-mana. Derasnya aliran air yang tiba-tiba menghantam permukiman dan area-area padat penduduk, mengejutkan warga yang tidak sempat menyelamatkan diri, hingga mengakibatkan kehilangan nyawa.
Peristiwa itu juga menyebabkan Kantor Urusan Agama (KUA) Pitumpanua diterjang banjir dahsyat tersebut. Dokumen-dokumen penting dan peralatan kantor terendam, menghambat pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan.
Dirjen Bimas Islam Kemenag, Kamaruddin Amin telah berkoordinasi dengan Kakanwil Kemenag Sulsel untuk mengetahui kondisi gedung yang terdampak, pemulihan data, dan penggantian stok buku nikah yang rusak.
Dirjen Bimas Islam Kemenag, Kamaruddin Amin
“Pengalokasian kembali stok buku nikah akan segera dilakukan setelah menerima laporan kebutuhan dari daerah terdampak. Hal ini penting mengingat bulan Zulkaidah-Zulhijah merupakan periode dengan tingginya permintaan layanan nikah,” ujarnya, Senin (6/5/2024).
Selain itu, perbaikan gedung dan pemulihan data yang rusak, alokasi anggaran akan disesuaikan setelah menerima laporan rinci dari daerah terdampak.
“Langkah ini diambil sebagai respons atas dampak bencana alam yang telah dialami,” tutup Kamaruddin Amin.
Kakanwil Kemenag Sulsel, Muhammad Tonang menambahkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Kemenag Wajo untuk segera melakukan pendataan Barang Milik Negara. Khususnya dokumen negara pencatatan nikah di KUA Pitumpanua. “Selanjutnya, langkah mitigasi banjir susulan juga diharapkan segera dilakukan,”ucapnya.
Sementara itu, Kepala KUA Pitumpanua, Ambo Lahang melaporkan, ketinggian banjir yang mencapai kurang lebih satu meter telah menenggelamkan infrastruktur penting yang mendukung pelayanan publik.