Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kian Tegang, Joe Biden Peringatkan Netanyahu Tidak Serang Rafah

Susi Susanti , Jurnalis-Selasa, 07 Mei 2024 |16:31 WIB
Kian Tegang, Joe Biden Peringatkan Netanyahu Tidak Serang Rafah
Presiden AS Joe Biden peringatkan Netanyahu tidak serang Rafah (Foto: AP)
A
A
A

WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Senin (6/5/2024) segera memperingatkan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu agar tidak melancarkan serangan di kota Rafah di Gaza selatan karena perpecahan antara kedua pemimpin terus membesar seiring dengan meningkatnya jumlah korban jiwa warga Palestina.

Percakapan antara Biden dan Netanyahu terjadi ketika Israel tampaknya semakin dekat dengan operasi militer besar-besaran untuk membasmi Hamas di Rafah. Biden dan para pembantunya berulang kali mengatakan kepada para pejabat Israel bahwa serangan itu hanya akan menyebabkan lebih banyak kematian dan memperburuk keputusasaan di wilayah yang dilanda perang.

Kedua pemimpin menghadapi tekanan publik yang semakin besar untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata. Biden diketahui banyak menghadapi protes di kampus-kampus dan Netanyahu menghadapi protes dari keluarga beberapa sandera Israel.

“Presiden tidak ingin melihat operasi di Rafah menimbulkan risiko lebih besar bagi lebih dari satu juta orang yang mencari perlindungan di sana,” kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby,” dikutip Reuters.

Gedung Putih menggambarkan percakapan para pemimpin selama 30 menit itu sebagai sesuatu yang konstruktif. Namun, secara pribadi, kekhawatiran para pejabat pemerintah meningkat ketika Israel pada Senin (6/5/2024) memerintahkan sekitar 100.000 warga Palestina untuk mengungsi dari Rafah dan mulai melakukan serangan yang ditargetkan di bagian timur kota tersebut.

Para pejabat Gedung Putih dengan hati-hati mengamati tindakan Israel yang semakin intensif di Rafah dengan rasa khawatir yang mendalam, namun mereka tidak percaya bahwa hal tersebut merupakan serangan besar-besaran yang diancam Netanyahu.

Lebih dari 34.000 warga Palestina tewas dalam perang yang dimulai setelah Hamas melancarkan serangan terhadap Israel pada 7 Oktober yang menewaskan 1.200 orang. Sekitar 250 orang juga disandera dalam serangan kurang ajar itu.

Sementara itu, situasi kemanusiaan memburuk dengan cepat di sebagian besar wilayah Gaza. Kepala Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau WFP, Cindy McCain, mengatakan pada Minggu (5/5/2024) bahwa Gaza utara telah memasuki kelaparan besar-besaran setelah hampir tujuh bulan perang.

Menjelang seruan para pemimpin tersebut, Israel mengumumkan bahwa mereka memerintahkan warga Palestina untuk mulai mengungsi dari Rafah. Segera setelah perintah tersebut, Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka telah menerima proposal Mesir-Qatar untuk melakukan gencatan senjata.

Juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan Israel akan melanjutkan operasinya di Gaza sementara para pejabat mempertimbangkan proposal gencatan senjata yang disetujui oleh Hamas. Dan Kabinet Perang Israel dengan suara bulat menyetujui operasi militer Rafah namun mengatakan akan melanjutkan upaya gencatan senjata.

Serangan baru yang ditargetkan di Rafah timur tampaknya bertujuan untuk menjaga tekanan terhadap Hamas saat perundingan berlanjut.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement