UKRAINA – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pertempuran di sekitar kota Kharkiv, tempat Rusia memperoleh wilayah terbesarnya di Ukraina dalam 18 bulan terakhir, digambarkan sebagai pertempuran yang sangat sulit namun di bawah kendali.
Zelensky menyampaikan komentar tersebut ketika berbicara dengan para pemimpin militer di kota timur laut tersebut pada Kamis (16/5/2024), hanya 18 mil (30 km) dari perbatasan Rusia.
Moskow melancarkan serangan darat besar-besaran melintasi perbatasan ke wilayah Kharkiv pekan lalu.
Langkah mengejutkan ini semakin menambah jumlah pasukan Ukraina yang kalah jumlah dan jumlah pasukannya.
Melalui Telegram, Zelensky mengatakan tentara Ukraina menimbulkan kerugian besar pada penjajah.
"Namun, wilayah tersebut masih sangat sulit. Kami memperkuat unit kami,” terangnya, dikutip BBC.
Gubernur Kharkiv Oleg Synegubov mengatakan Ukraina berusaha menstabilkan garis depan di wilayah tersebut dan berhasil menghentikan sebagian kemajuan Rusia.
Menurut analisis kantor berita AFP, Moskow merebut 278 km persegi (107 mil persegi) wilayah Ukraina antara tanggal 9 dan 15 Mei, angka tersebut berdasarkan data dari Institut Studi Perang.
Ini merupakan perolehan teritorial terbesar yang dilakukan Rusia dalam satu operasi sejak pertengahan Desember 2022.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Rabu (15/5/2024) bahwa pasukannya bergerak maju di semua lini.
Beberapa analis militer mengatakan Moskow mungkin mencoba memaksa Ukraina untuk mengalihkan pasukannya dari titik-titik rawan lainnya.
Pada Kamis (16/5/2024), seorang komandan penting Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) mengatakan Rusia tidak memiliki pasukan yang cukup di lapangan untuk membuat terobosan besar di Ukraina.
“Saya telah melakukan kontak sangat dekat dengan rekan-rekan kami di Ukraina dan saya yakin mereka akan menjaga garis,” kata Jenderal AS Christopher Cavoli kepada wartawan, dikutip AFP.
Meningkatnya serangan Rusia di berbagai bidang telah menggarisbawahi kekurangan amunisi dan tenaga kerja yang akut yang mempengaruhi militer Ukraina.
Kemajuan ini terjadi menjelang kunjungan internasional yang jarang dilakukan Presiden Putin ke Tiongkok, yaitu bertemu dengan Presiden Xi Jinping.
Dalam kunjungan tersebut, kedua pemimpin menyerukan solusi politik untuk apa yang mereka sebut “krisis Ukraina”.
(Susi Susanti)