Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Lai Ching-te Dilantik Sebagai Presiden Baru Taiwan, Desak China Hentikan Konfrontasi

Rahman Asmardika , Jurnalis-Selasa, 21 Mei 2024 |10:07 WIB
Lai Ching-te Dilantik Sebagai Presiden Baru Taiwan, Desak China Hentikan Konfrontasi
Presiden Taiwan Lai Ching-te berbicara pada upacara pelantikan di Istana Kepresidenan Taipei, 20 Mei 2024. (Foto: Reuters)
A
A
A

TAIPEI - Lai Ching-te atau William Lai dilantik sebagai presiden baru Taiwan pada Senin, (20/5/2024) dalam rekaman yang ditayangkan langsung di televisi dari kantor kepresidenan. Lai, yang memenangkan pemilu pada Januari, mengambil alih jabatan Tsai Ing-wen, setelah menjabat sebagai wakil presiden selama empat tahun terakhir.

Tak lama setelah dilantik, Lai meminta China untuk berhenti mengancam pulau itu dan menerima keberadaan demokrasi di Taiwan. Dia mendesak Beijing untuk mengganti konfrontasi dengan dialog dan menegaskan bahwa dirinya tidak akan pernah mundur dalam menghadapi intimidasi dari Beijing.

China, yang telah lama menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, menanggapi permintaan Lai dengan mengatakan “kemerdekaan Taiwan adalah jalan buntu”.

“Terlepas dari dalih atau panji yang mendasari upaya tersebut, dorongan untuk kemerdekaan Taiwan pasti akan gagal,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin pada konferensi pers harian pada Senin sore.

Lai dan Partai Progresif Demokratik (DPP) yang pro-kemerdekaan telah dianggap sebagai "lawan" oleh Beijing. Militer China telah meningkatkan aktivitasnya di sekitar perairan dan wilayah udara Taiwan sejak kemenangannya dalam pemilu pada Januari.

Aksi militer yang dilakukan China di sekitar Taiwan telah menjadi hal rutin dalam beberapa tahun terakhir, sehingga memicu kekhawatiran akan terjadinya konflik. Dalam pidatonya, Lai menyebut hal ini sebagai "tantangan strategis terbesar bagi perdamaian dan stabilitas global".

Namun pemimpin berusia 64 tahun itu juga berpegang erat pada formula yang digunakan oleh presiden pendahulunya Tsai Ing-wen, yang warisannya akan ditentukan oleh penanganannya yang hati-hati namun mantap terhadap Beijing, demikian dilansir BBC.

Lai, seorang dokter yang beralih menjadi politisi, memenangi pemilihan presiden pada Januari, mengamankan masa jabatan ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi partainya. Dia telah menjabat sebagai wakil presiden Tsai sejak 2020, dan sebelumnya sebagai perdana menteri.

Di masa mudanya, ia dikenal sebagai politisi yang lebih radikal dan secara terbuka menyerukan kemerdekaan Taiwan, yang memicu kemarahan Beijing. Pemerintah menjulukinya sebagai "pembuat onar" menjelang pemilu, dan media pemerintah China bahkan menyarankan agar ia diadili atas tuduhan separatisme.

Lai juga menghadapi tantangan besar di dalam negeri. Pengangguran dan biaya hidup merugikan DPP dalam pemungutan suara kaum muda pada bulan Januari, dan perekonomian Taiwan terlihat sangat bergantung pada industri semikonduktor yang sangat sukses – industri ini memasok lebih dari separuh chip dunia

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement