Tiga kandidat lainnya yakni Wali Kota Teheran Alireza Zakani, Wakil Presiden Amirhossein Qazizadeh Hashemi dan Mostafa Pourmohammadi juga merupakan tokoh garis keras dari berbagai corak.
Pourmohammadi adalah mantan menteri kehakiman dan dalam negeri yang bersama dengan mendian tercatat sebagai anggota “Komite Kematian” yang menyetujui eksekusi ribuan tahanan politik pada akhir tahun 1980an.
Pengecualian bagi kelompok garis keras adalah Massoud Pezeshkian, anggota parlemen Tabriz. Seorang yang relatif moderat, ia memiliki peluang besar untuk menang jika jumlah pemilih sangat rendah.
Pezeshkian bisa saja memenangkan suara dari banyak pemilih yang enggan memilih, yang mungkin melihat bahwa suara yang dia berikan adalah suara yang menentang kelompok garis keras. Ia juga berasal dari etnis Azeri, dan diperkirakan mendapat suara terbanyak di timur laut Iran, yang sebagian besar penduduknya adalah suku Azeri yang berbahasa Turki.
Membiarkannya ikut serta mungkin merupakan sebuah taktik untuk meningkatkan jumlah pemilih yang secara historis mungkin rendah.
Dua nama besar yang ditolak untuk mencalonkan diri adalah mantan presiden garis keras, Mahmoud Ahmadinejad, dan Ali Larijani, tiga kali menjadi ketua parlemen yang berasal dari latar belakang agama yang sangat konservatif.
Penolakan mereka menunjukkan betapa sempitnya pilihan dalam pemilu di mana para pemilih tidak punya banyak pilihan selain memilih di antara segelintir tokoh garis keras yang menurut pemimpin tertinggi bisa diajak bekerja sama.
(Susi Susanti)