GAZA - Dalam sebuah wawancara dengan CNN, juru bicara Hamas dan anggota biro politik Osama Hamdan memberikan gambaran mengenai posisi kelompok tersebut dalam perundingan gencatan senjata yang terhenti.
Termasuk pandangan apakah Hamas menyesali keputusannya untuk menyerang Israel mengingat meningkatnya jumlah korban jiwa warga Palestina, dan komentar mengenai kebocoran pesan dari Pemimpin Hamas di Gaza awal pekan ini, Yahya Sinwar, orang yang diyakini sebagai pengambil keputusan utama dalam perjanjian perdamaian.
Berbicara kepada CNN di ibu kota Lebanon, Beirut, Hamdan mengatakan proposal terbaru yang dibahas yakni sebuah rencana Israel yang pertama kali diumumkan secara publik oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akhir bulan lalu, tidak memenuhi tuntutan kelompok tersebut untuk mengakhiri perang.
Hamdan mengatakan kepada CNN bahwa Hamas memerlukan posisi yang jelas dari Israel untuk menerima gencatan senjata, penarikan penuh dari Gaza, dan membiarkan Palestina menentukan masa depan mereka sendiri, rekonstruksi, pencabutan pengepungan. Hamas juga siap melakukan pembicaraan tentang kesepakatan yang adil tentang pertukaran tahanan.
Hamdan menjelaskan bahwa durasi gencatan senjata adalah masalah utama bagi Hamas, yang khawatir Israel tidak berniat menindaklanjuti perjanjian tahap kedua. Pengakhiran permusuhan harus bersifat permanen dan Israel harus menarik diri sepenuhnya dari Gaza.
“Israel menginginkan gencatan senjata hanya untuk enam minggu dan kemudian mereka ingin kembali berperang, yang menurut saya Amerika, sampai sekarang, mereka tidak meyakinkan Israel untuk menerima gencatan senjata permanen,” katanya, seraya menambahkan bahwa dia yakin AS perlu meyakinkan Israel untuk menerima gencatan senjata permanen sebagai bagian dari kesepakatan.