PYONGYANG – Presiden Rusia Vladimir Putin mengucapkan terima kasih kepada Pemimpin Tertinggi Kim Jong Un atas dukungan yang konsisten dan tak tergoyahkan terhadap kebijakan Rusia, termasuk terhadap perang Ukraina.
Hal ini diungkapkan Putin saat pembicaraan dengan Kim soal berbagai tema. Termasuk nuklir Korut hingga perang Rusia di Ukraina.
Kim mengatakan hubungan kedua negara memasuki periode ‘berbunga baru’, dan menyebut Rusia sebagai teman paling jujur.
Mereka telah menandatangani kesepakatan untuk saling membantu jika terjadi agresi. Namun perjanjian itu tidak menyebut penjelasan agresi secara detil.
Kedua pemimpin ini terakhir kali bertemu pada bulan September, ketika Kim mengunjungi Kosmodrom Vostochny di Timur Jauh Rusia. Ini adalah perjalanan pertamanya ke luar negeri dalam empat tahun.
Selama kunjungan itu, ia memeriksa mobil limosin Aurus Senat milik Putin dan dipersilakan duduk di kursi belakang. Mereka juga bertukar senjata sebagai hadiah.
Putin telah mengundang Kim ke Moskow untuk pertemuan berikutnya.
Hubungan antara kedua negara telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.
Korea Utara diperkirakan memasok Rusia dengan artileri, roket, dan rudal balistik untuk perang tersebut, meskipun ada sanksi internasional terhadap kedua negara. Kedua belah pihak membantah melanggar sanksi.
Pada Rabu (19/6/2024) mereka menandatangani perjanjian kemitraan komprehensif yang mencakup klausul di mana mereka setuju untuk memberikan bantuan timbal balik jika terjadi agresi terhadap salah satu negara. Putin tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan agresi.
Dikutip BBC, Putin dalam beberapa bulan terakhir menghadapi kesulitan di medan perang di Ukraina, terutama karena berkurangnya jumlah senjata. Selama pertemuan tatap muka terakhir mereka pada bulan September, ketika Kim mengunjungi Rusia, keduanya membahas kerja sama militer dan dicurigai melakukan kesepakatan senjata. Sejak itu, semakin banyak bukti bahwa Rusia telah mengerahkan rudal Korea Utara di Ukraina.
Menurut kantor berita Korea Utara KCNA, kesepatan kedua yang tak kalah penting yakni mempercepat pembangunan dunia multipolar baru. Kesepakatan ini ditujukan untuk melaan dominasi Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.
Rusia telah memanfaatkan hubungan yang memanas dengan Korea Utara untuk menyerang Washington, sementara Korea Utara yang terkena sanksi berat telah mendapatkan dukungan politik dan janji dukungan ekonomi dan perdagangan dari Moskow.
(Susi Susanti)