Komite Peninjau Kelaparan, sekelompok ahli yang mengkaji temuan-temuan IPC, mengatakan dalam sebuah laporan yang juga dirilis pada Selasa (25/6/2024) bahwa ada “penderitaan manusia yang luar biasa” di Gaza, dan risiko kelaparan belum berkurang.
“Tekanan ekstrem terhadap kehidupan masyarakat selama delapan bulan membuat mereka lebih rentan jatuh ke dalam bencana kelaparan,” katanya.
Serangan Rafah menyebabkan ditutupnya penyeberangan di perbatasan Gaza dengan Mesir, yang merupakan jalur utama pengiriman makanan dan perbekalan lainnya, serta titik evakuasi bagi warga sipil yang sakit kritis atau terluka.
Penutupan tersebut, bersamaan dengan gangguan di dekat penyeberangan Israel di Kerem Shalom, mengurangi akses kemanusiaan bagi 2 juta orang di Gaza selatan, menurut pembaruan IPC, yang mencakup periode dari 1 Mei hingga 30 September.
“Pengungsian ke daerah yang kekurangan air dan layanan kesehatan meningkatkan risiko wabah penyakit, yang akan berdampak buruk pada status gizi dan kesehatan sebagian besar masyarakat,” katanya.
“Gaza Selatan akan segera mencapai titik kritis yang dengan cepat mengarah pada kelaparan,” lanjutnya.
Kampanye militer Israel di Gaza diluncurkan setelah militan pimpinan Hamas menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang, menurut penghitungan Israel.