Daniel menilai, Pemerintah kurang memberi perhatian untuk penanganan karhutla yang terus menerus terjadi. Bahkan karhutla di kawasan Danau Toba ini lebih luas dibanding tahun lalu dan area yang terbakar sebagian besar adalah lahan kritis di perbukitan yang sudah mengering, khususnya di Kecamatan Harian dan Sianjur Mula-Mula.
“Ini cukup ironi ya. Karhutla di area Danau Toba yang merupakan kawasan strategis nasional dan destinasi pariwisata superprioritas hanya ditangani ‘seadanya’ saja dan tidak cukup dianggap penting untuk mendapat sarana terbaik,” tukas Daniel.
Diketahui, karhutla terjadi di kawasan dekat Desa Aek Sipitudai, Kecamatan Sianjur Mula-Mula, Samosir pada Minggu 14 Juli 2024. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pemerintah Provinsi Sumut, menduga api berawal dari pembukaan lahan dan sudah melahap lebih dari 100 hektar hutan lindung.
(Fakhrizal Fakhri )