Dimana menurut penilaian militer, pesawat nirawak itu tidak mengikuti rute langsung ke Israel dari Yaman, tapi, melintasi Mesir dan terbang ke Tel Aviv dari arah Laut Tengah pada ketinggian rendah, menempuh perjalanan lebih dari 2.000 (1.200 mil) kilometer untuk mencapai Israel.
Samad-3 sebelumnya dilaporkan memiliki jangkauan sekitar 1.500 kilometer. IDF menduga Houthi telah memodifikasi pesawat nirawak buatan Iran tersebut sehingga dapat membawa kurang dari 10 kilogram bahan peledak, turun dari standarnya yang hanya 18 kilogram. Dengan demikian, pesawat nirawak tersebut dapat menampung lebih banyak bahan bakar, terbang lebih lama, dan mencapai Israel.
Juru bicara IDF Laksamana Muda Daniel Hagari dalam konferensi pers pada hari Jumat membantah bahwa target tersebut diduga sebagai pesawat tak berawak milik kawan dan karenanya tidak dilawan.
"Jawabannya tidak," katanya menanggapi pertanyaan tentang masalah ini. "Dalam kejadian ini, itu adalah kesalahan, ada semacam identifikasi, dan kami sekarang sedang menyelidiki seluruh rantai tersebut untuk mengetahui mengapa tidak ada penyadapan."
Setelah serangan pesawat nirawak yang mematikan itu, militer mengatakan akan meningkatkan patroli jet tempur di udara untuk mengidentifikasi ancaman. Israel juga mempertimbangkan untuk menyerang Houthi secara langsung sebagai tanggapan atas serangan itu.
Korban bernama Yevgeny Ferder, 50 tahun, yang dilaporkan bekerja di Momo's Hostel, yang berdekatan dengan lokasi serangan pesawat nirawak. Keponakannya mengatakan bahwa dia berimigrasi ke Israel sekitar 30 tahun yang lalu, dan pernah bertugas di unit tempur IDF dan di pasukan cadangan militer.
(Maruf El Rumi)