IRAN - Pembunuhan pemimpin utama Hamas Ismail Haniyeh telah membawa kawasan itu lebih dekat ke perang habis-habisan daripada sebelumnya. Hal ini diungkapkan Nader Hashemi, seorang profesor Studi Timur Tengah di Universitas Georgetown.
"Ini adalah perkembangan besar," katanya kepada BBC.
"Saya pikir ini juga berdampak pada peristiwa di Lebanon karena hanya beberapa jam sebelumnya Israel mencoba membunuh seorang pemimpin senior Hizbullah di Beirut Selatan dan asumsi yang berlaku adalah bahwa Iran dan Hizbullah tidak tertarik pada eskalasi,” lanjutnya.
Namun dia menegaskan pembunuhan Haniyeh telah mengubah perhitungan tersebut.
"Sekarang Iran memiliki banyak insentif untuk mencoba dan meningkatkan konflik ini,” pungkasnya.
Seperti diketahui Garda Rebolusi Iran melaporan Haniyeh terbunuh di Teheran, Iran.Dalam sebuah pernyataan, faksi Islam berduka atas kematian Haniyeh, yang dikatakan tewas dalam serangan berbahaya Zionis di kediamannya di Teheran.
Sebelumnya, Garda Revolusi Iran mengatakan dia menjadi sasaran di kediamannya bersama dengan seorang pengawal Iran. Dia dilaporkan berada di Iran untuk menghadiri pelantikan Presiden Masoud Pezeshkian. Dilaporkan bahwa pihaknya sedang menyelidiki keadaan insiden tersebut.
Haniyeh adalah pemimpin politik kelompok militan yang diasingkan dan menghabiskan sebagian besar waktunya dalam beberapa tahun terakhir di Qatar. Selama perang Israel-Gaza, dia bertindak sebagai negosiator dalam perundingan gencatan senjata dan berhubungan dengan sekutu utama Hamas, Iran.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengutuk keras pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh yang tewas di Teheran, Iran, pada Rabu (31/7/2024). Presiden menyebut pembunuhan Haniyeh sebagai tindakan yang pengecut dan berbahaya.
Melalui sebuah pernyataan yang dimuat oleh kantor berita pemerintah Wafa, dia juga meminta warga Palestina untuk bersatu, bersabar, dan tabah menghadapi pendudukan Israel.
(Susi Susanti)