GAZA – Israel pada Kamis (1/8/2024) telah mengonfirmasi kematian komandan militer Hamas Mohammed Deif dalam serangan pada 13 Juli lalu di Gaza selatan. Deif menjadi pemimpin Hamas lainnya yang berpangkat tertinggi yang dibunuh oleh Israel selama perang di Gaza. Lalu siapakah sebetulnya Deif?
Pemimpin lama Brigade Qassam ini termasuk di antara orang yang paling dicari Israel dan telah menjadi sasaran serangan udara beberapa kali. Sebelumnya seorang pejabat senior kelompok Palestina sempat menegaskan jika Deif lolos dari upaya Israel untuk membunuhnya dan dalam keadaan baik-baik saja beberapa waktu lalu.
Pernyataan pejabat Hamas itu menyusul laporan bahwa Deif menjadi sasaran serangan udara besar-besaran Israel di wilayah selatan yang terkepung itu yang menewaskan sedikitnya 90 orang dan melukai 300 lainnya.
Deif adalah salah satu pendiri sayap militer Hamas, Brigade Qassam, pada tahun 1990-an dan telah memimpin pasukan tersebut selama lebih dari 20 tahun. Ia juga disebut-sebut sebagai tokoh kunci yang merencanakan bom bunuh diri yang menyebabkan kematian puluhan warga Israel.
Pria berusia 58 tahun itu diketahui jarang berbicara atau muncul di depan umum. Jadi ketika saluran TV Hamas mengumumkan bahwa ia akan berbicara pada tanggal 7 Oktober, warga Palestina di Gaza tahu sesuatu yang penting sedang terjadi.
Lahir pada tahun 1965 di kamp pengungsi Khan Younis, yang didirikan setelah Perang Arab-Israel tahun 1948, Mohammad Masri dikenal sebagai Mohammed Deif setelah bergabung dengan Hamas selama Intifada pertama, atau pemberontakan Palestina, pada tahun 1987.
Deif memiliki gelar dalam bidang sains dari Universitas Islam di Gaza, tempat ia belajar fisika, kimia, dan biologi. Ia mengepalai komite hiburan universitas dan sering tampil di panggung.
Pada tahun 1989, selama puncak Intifada Palestina pertama, Deif ditangkap oleh Israel dan dibebaskan setelah 16 bulan ditahan. Ia menjadi kepala Brigade Qassam pada tahun 2002 setelah Israel membunuh pendahulunya dan pemimpin pendiri, Salah Shehadeh.
Beberapa upaya pembunuhan terhadapnya dimulai setelah ia menggantikan Shehadeh. Deif berarti "pengunjung" atau "tamu" dalam bahasa Arab, dan beberapa orang mengatakan bahwa itu karena komandan militer Hamas selalu berpindah-pindah dengan para pemburu Israel yang memburunya.
Menurut laporan, Deif kehilangan satu mata dan mengalami cedera serius di salah satu kakinya dalam salah satu upaya pembunuhan Israel. Kelangsungan hidupnya saat menjalankan sayap bersenjata Hamas mengubahnya menjadi "pahlawan rakyat" di antara orang-orang Palestina.
Setelah naik pangkat di Hamas selama lebih dari 30 tahun, Deif diyakini telah mengembangkan jaringan terowongan kelompok itu dan keahliannya dalam membuat bom.
Pada bulan Agustus 2014, istri Deif dan putranya yang berusia tujuh bulan tewas dalam serangan udara Israel yang menargetkan sebuah rumah di Gaza tempat keluarga itu tinggal.
Pada bulan Mei, jaksa Pengadilan Kriminal Internasional mengatakan bahwa ia telah meminta surat perintah penangkapan untuk Deif, Sinwar, dan tokoh Hamas lainnya atas serangan 7 Oktober. Surat perintah juga dikeluarkan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas tanggapan Israel yang sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 38.584 orang dalam apa yang digambarkan oleh kelompok hak asasi manusia sebagai genosida yang sedang berlangsung.
(Susi Susanti)