NEW YORK - Donald Trump yang sekarang bertarung dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) disebut mendukung solusi dua negara untuk mengakhiri konflik Palestina-Israel. Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Arab Americans Trump Bishara Bahbah dalam sebuah wawancara, Minggu (4/8/2024).
Dalam publikasi The New Yorker, Bahbah mengatakan telah berbicara dengan Trump dalam sebuah pertemuan bulan lalu dan mengatakan perhatian utamanya adalah perdamaian di Timur Tengah, "terutama berdasarkan solusi dua negara". Trump, menurut Bahbah, telah menanggapi usul tersebut, "Seratus persen" dan keduanya telah berjabat tangan mengenai hal itu.
Sayangnya, Bahbah tidak mengatakan apakah Trump merinci bagaimana dia berharap untuk mencapai hal ini. Meski, ide dua negara tersebut menghadapi perlawanan keras dari pemerintah garis keras Israel. Kubu garis keras Israel telah menyuarakan pertentangan yang jelas terhadap langkah tersebut.
Selain lama menolak ide dua negara, pemerintah sekarang mengatakan bahwa hal itu akan menjadi hadiah bagi Palestina atas pembantaian 7 Oktober di mana teroris yang dipimpin Hamas menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 orang.
Bahbah mengatakan dia terdaftar sebagai Demokrat hingga beberapa bulan lalu, tetapi telah mengalihkan dukungannya ke Trump atas penanganan Presiden AS Joe Biden terhadap perang Israel-Hamas di Gaza. "Orang ini menjabat dengan mengumumkan bahwa dia seorang Zionis. Dari sudut pandang saya, seorang presiden Amerika seharusnya tidak menjadi seorang Zionis. Seorang presiden Amerika seharusnya menjadi presiden rakyat Amerika Serikat," kata Bahbah, merujuk pada Biden dikutip dari timesofisrael.
Bahbah mengatakan dia yakin Trump akan menjadi presiden yang lebih baik karena dia “tidak memulai perang, dan dia juga tidak membiarkan perang terjadi di bawah pengawasannya.” Meski, Bahbah tak menampik ada kekecewaan dari masyarakat Arab-Palestina setelah Trump melakukan kepututusan kontroversial.
Masyarakat Arab marah dengan langkah Trump yang memindahkan Kedutaan Besar AS ke Yerusalem, menutup kantor Organisasi Pembebasan Palestina di Washington, dan mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah Israel. Tetapi Bahbah mengatakan semua tindakan ini “tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Pemerintahan Biden yang terlibat dalam genosida yang sedang dilakukan di Gaza.”
(Maruf El Rumi)