GAZA – Perundingan kesepakatan gencatan senjata Gaza telah berlangsung selama berbulan-bulan tanpa hasil yang jelas. Yang terbaru kesepakatan gencatan senjata Gaza yang diusung Amerika Serikat (AS) pada Juni lalu masih terus digodok oleh pihak-pihak terkait.
Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Antony Blinken baru-baru ini terbang ke Israel untuk memastikan jika Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menerima kesepakatan gencatan senjata Gaza yang diusulkan Washington.
Meskipun AS menyatakan optimisme dan kantor Netanyahu menggambarkan pertemuan itu sebagai hal yang positif, namun baik Israel maupun Hamas telah mengisyaratkan bahwa kesepakatan apa pun akan sulit dicapai.
Pembicaraan yang berlangsung selama berbulan-bulan telah membahas isu yang sama. Israel mengklaim perang hanya dapat berakhir dengan penghancuran Hamas sebagai kekuatan militer dan politik dan Hamas mengatakan hanya akan menerima gencatan senjata permanen, bukan sementara.
Ada ketidaksepakatan mengenai keberadaan militer Israel yang berkelanjutan di Gaza, khususnya di sepanjang perbatasan dengan Mesir, pergerakan bebas warga Palestina di dalam wilayah tersebut, dan identitas serta jumlah tahanan yang akan dibebaskan dalam pertukaran tahanan.
Pejabat Hamas menuduh Washington memihak Israel. "Ketika Blinken mengatakan bahwa Israel setuju dan kemudian Israel mengatakan bahwa ada proposal yang diperbarui, ini berarti bahwa Amerika tunduk pada tekanan Israel dan bukan sebaliknya. Kami percaya bahwa itu adalah manuver yang memberi Israel lebih banyak waktu," kata pejabat senior Hamas Osama Hamdan kepada Reuters.