KAIRO - Tidak ada kesepakatan dalam perundingan gencatan senjata Gaza yang berlangsung di Kairo, pada Minggu (25/8/2024). Dua sumber keamanan Mesir mengatakan Hamas maupun Israel tidak menyetujui beberapa kompromi yang diajukan oleh para mediator.
Hal ini menimbulkan keraguan atas peluang keberhasilan dalam upaya gencatan senjata terbaru yang didukung Amerika Serikat (AS) untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung selama 10 bulan.
Namun, seorang pejabat senior AS menggambarkan perundingan tersebut sebagai hal yang konstruktif. Dia mengatakan bahwa perundingan tersebut dilakukan dengan semangat dari semua pihak untuk mencapai kesepakatan yang final dan dapat dilaksanakan.
"Proses tersebut akan terus berlanjut selama beberapa hari mendatang melalui kelompok kerja untuk lebih lanjut membahas masalah dan rincian yang tersisa," kata pejabat tersebut, yang berbicara dengan syarat anonim, seraya menambahkan bahwa tim akan tetap berada di Kairo.
Pembicaraan yang berlangsung selama berbulan-bulan gagal menghasilkan kesepakatan untuk mengakhiri kampanye militer Israel yang menghancurkan di Gaza atau membebaskan para sandera yang tersisa yang ditawan oleh Hamas dalam serangan kelompok militan tersebut pada tanggal 7 Oktober terhadap Israel yang memicu perang.
Berbicara dalam sebuah konferensi pers di Halifax, Kanada, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan Washington masih berusaha keras di Kairo untuk mendapatkan gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan.
Poin-poin penting yang menjadi perdebatan dalam pembicaraan yang sedang berlangsung yang dimediasi oleh AS, Mesir, dan Qatar termasuk kehadiran Israel di apa yang disebut Koridor Philadelphi, hamparan tanah sempit sepanjang 14,5 km (9 mil) di sepanjang perbatasan selatan Gaza dengan Mesir.
Sumber-sumber Mesir mengatakan para mediator mengajukan sejumlah alternatif terhadap kehadiran pasukan Israel di Koridor Philadelphi dan Koridor Netzarim yang melintasi bagian tengah Jalur Gaza, tetapi tidak ada yang diterima oleh para pihak.
Israel juga menyatakan keberatan terhadap beberapa tahanan Palestina yang dituntut Hamas untuk dibebaskan, dan Israel menuntut mereka keluar dari Gaza jika dibebaskan.
Sebelumnya, telah terjadi banyak perundingan antara tim dari Israel, AS, dan Mesir sejak Kamis (22/8/2024) untuk mempersempit kesenjangan yang tersisa. Pejabat senior AS mengatakan hal ini dilakuka, sebagai persiapan untuk pertemuan pada Sabtu (24/8/2024), ketika Qatar dan Mesir bertemu dengan perwakilan senior Hamas untuk membahas proposal tersebut secara terperinci.
Pada Minggu (25/8/2024), pejabat senior dari Israel bergabung dalam pembicaraan untuk mengatasi masalah yang belum terselesaikan dengan dukungan mediator. Namun tidak memberikan penilaian pasti apakah ada terobosan atau tidak.
Hamas mengatakan Israel telah menarik kembali komitmen untuk menarik pasukan dari Koridor dan mengajukan persyaratan baru lainnya, termasuk penyaringan warga Palestina yang mengungsi saat mereka kembali ke wilayah utara yang lebih padat penduduknya saat gencatan senjata dimulai.
"Kami tidak akan menerima diskusi tentang penarikan kembali dari apa yang kami sepakati pada 2 Juli atau persyaratan baru," kata pejabat Hamas Osama Hamdan kepada TV Al-Aqsa milik kelompok itu pada Minggu (25/8/2024).
Seorang sumber senior Hamas mengatakan kepada Reuters, pada bulan Juli, Hamas menerima usulan AS untuk memulai pembicaraan tentang pembebasan sandera Israel. Termasuk tentara dan orang-orang, 16 hari setelah fase pertama dari sebuah perjanjian yang bertujuan untuk mengakhiri perang Gaza.
Pejabat senior Izzat El-Reshiq mengatakan delegasi Hamas meninggalkan Kairo pada Minggu (25/8/2024) setelah mengadakan pembicaraan dengan para mediator.
Dia menambahkan bahwa kelompok itu telah menegaskan kembali tuntutannya bahwa setiap perjanjian harus menetapkan gencatan senjata permanen dan penarikan penuh Israel dari Gaza.
(Susi Susanti)