 
                Berdasarkan rencana tersebut, semua pasukan koalisi akan meninggalkan pangkalan udara Ain al-Asad di provinsi Anbar barat dan secara signifikan mengurangi kehadiran mereka di Baghdad pada bulan September 2025.
Pasukan AS dan koalisi lainnya diperkirakan akan tetap berada di Erbil. Negara-negara lain, termasuk Jerman, Prancis, Spanyol, dan Italia, menyumbangkan ratusan pasukan untuk koalisi tersebut.
Para pejabat mengatakan kepada wartawan bahwa misi AS di Suriah akan terus berlanjut.
Penarikan pasukan tersebut akan menandai perubahan penting dalam posisi militer Washington di Timur Tengah. Meskipun utamanya difokuskan untuk melawan ISIS, namun para pejabat AS mengakui bahwa kehadiran AS juga berfungsi sebagai posisi strategis untuk melawan pengaruh Iran.
Posisi ini menjadi semakin penting karena Israel dan Iran meningkatkan konfrontasi regional mereka, dengan pasukan AS di Irak menembak jatuh roket dan pesawat nirawak yang ditembakkan ke Israel dalam beberapa bulan terakhir.
Perjanjian tersebut kemungkinan akan menghadirkan kemenangan politik bagi Sudani karena ia menyeimbangkan posisi Irak sebagai sekutu Washington dan Teheran.
(Susi Susanti)