Israel mengatakan militan bertempur dari balik perlindungan daerah pemukiman yang dibangun di wilayah yang padat penduduk itu, termasuk sekolah dan rumah sakit. Namun Hamas membantahnya.
Pada Senin (7/10/2024), tank-tank Israel maju ke Jabalia, yang terbesar dari delapan kamp pengungsi perkotaan bersejarah di Jalur Gaza, setelah mengepungnya. Segera setelah serangan roket, militer Israel memperluas perintah evakuasi di Jabalia hingga mencakup wilayah di kota-kota utara Beit Hanoun dan Beit Lahiya.
Penduduk mengatakan pasukan Israel menggempur Jabalia dari udara dan darat, dan petugas medis mengatakan beberapa warga Palestina telah tewas, sementara tim penyelamat tidak dapat menjangkau beberapa korban.
Di Gaza pada Senin (7/10/2024), warga sipil Palestina yang terusir mengungkapkan keinginan yang kuat untuk kembali ke kehidupan tenang sebelum perang. "Sebelum 7 Oktober, seseorang memiliki mimpi. sebagai seorang ayah, saya memiliki enam anak, beban terbesar saya adalah bagaiman menyediakan rumah dan menikahkan mereka. namun setelah 7 Oktober, semua itu sia-sia. Setelah 58 tahun saya beekrja, sama seperti ayah, semuanya menjadi debu dan batu," terang Abu Hassan Shaheen.
(Susi Susanti)