Petr Fiala, melalui juru bicaranya, Lucie Ješátková, menyebut keputusan ICC sebagai sesuatu yang tidak menguntungkan. “Keputusan ICC yang tidak menguntungkan merusak otoritas dalam kasus lain dengan menyamakan perwakilan terpilih dari negara demokrasi dengan para pemimpin organisasi teroris Islam,” tulisnya di platform X.
Meski begitu, juru bicara Kementerian Luar Negeri, Daniel Drake, menyatakan bahwa sebagai penandatangan Statuta Roma, Republik Ceko wajib menghormati dan menjalankan perintah pengadilan. Proses penangkapan internasional berada di bawah kewenangan jaksa penuntut umum dan kepolisian, sehingga bukan keputusan politik.
Wakil Perdana Menteri Italia sekaligus Menteri Transportasi dan pemimpin partai sayap kanan League, Matteo Salvini, menyatakan bahwa Benjamin Netanyahu akan disambut baik di Italia meskipun menghadapi tuduhan kejahatan perang di Gaza dari ICC, sebagaimana yang dilansir dari media Italia ANSA.
"Saya berencana bertemu dengan anggota pemerintahan Israel segera, dan jika Netanyahu datang ke Italia, dia akan disambut baik. Para penjahat perang adalah orang lain,” ungkap Salvini. Ia juga mengkritik ICC dengan mengatakan bahwa menyebut Netanyahu sebagai penjahat perang adalah tindakan yang tidak menghormati, terutama mengingat posisi Netanyahu sebagai pemimpin dari salah satu negara demokrasi di Timur Tengah.
Berdasarkan laman The Telegraph, Jerman mengisyaratkan bahwa pihaknya tidak akan menangkap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu jika ia mengunjungi negara tersebut, mengingat sejarah Nazi Jerman dan hubungan uniknya dengan Israel.
"Sulit membayangkan bahwa penangkapan akan dilakukan di Jerman atas dasar ini,” jelas Steffen Hebestreit, juru bicara Kanselir Jerman Olaf Scholz.
Pemerintah Jerman, yang dikenal sebagai salah satu pendukung terbesar ICC, mengatakan dalam pernyataan resminya bahwa mereka telah mencatat keputusan ICC. Namun, Jerman juga menegaskan bahwa sejarahnya membawa tanggung jawab khusus terhadap Israel.