Karakteristik ini tampaknya sejalan dengan dugaan bahwa Oreshnik dikembangkan berdasarkan ICBM RS-26 Rubesh milik Rusia.
Jeffrey Lewis, direktur Program Nonproliferasi Asia Timur di Pusat Studi Nonproliferasi James Martin di Institut Studi Internasional Middlebury di California mengatakan bahwa Rusia kemungkinan menghilangkan salah satu tahapan booster pada RS-26 sehingga mengurangi jangkauannya, demikian dilansir Reuters.
Sebagaimana disebutkan bahwa Oreshnik adalah rudal hipersonik yang meluncur 10 kali kecepatan suara. Ini membuat Oreshnik sangat sulit dicegat, bahkan Putin dan beberapa pakar militer Barat mengatakan bahwa saat ini tidak ada sistem pertahanan yang mampu mencegatnya.
Perlu diketahui bahwa ada beberapa negara yang memiliki sistem pertahanan untuk mencegat ICBM, termasuk Amerika Serikat, Rusia, israel, dan China. Namun, sejauh ini belum ada pencegatan ICBM yang terdokumentasi, mengingat sepanjang sejarah belum ada negara yang menggunakan ICBM dalam peperangan.
Dengan kecepatan dan karakteristiknya, Oreshnik jugadapat menghancurkan bunker yang terlindungi dengan baik pada kedalaman yang sangat dalam tanpa menggunakan hulu ledak nuklir. Proyektil MIRV yang digunakan dalam serangan Rusia di Dnipro tampaknya ditujukan untuk melalukan penetrasi yang menghancurkan fasilitas yang berada di bawah tanah.
Salah satu kelemahan besar dari Oreshnik adalah biayanya yang mahal, jauh di atas rudal konvensional, bahkan rudal hipersonik Rusia seperti Kinzhal dan Zircon. Satu unit rudal balistik ICBM diperkirakan menghabiskan biaya hingga puluhan juta dolar.
(Rahman Asmardika)