3. Mobilitas dan Hak Warga
Warga Inggris memerlukan visa untuk tinggal lebih dari 90 hari di negara UE yang sebelumnya mereka dapat bergerak bebas tanpa pemeriksaan perbatasan imigrasi seperti pindah antar provinsi di Indonesia. Selain itu, kartu kesehatan Eropa tidak lagi berlaku. Hal tersebut menambah kesulitan bagi warga yang membutuhkan layanan kesehatan di luar negeri.
Kita juga harus melihat bagaimana dampak positifnya bagi Inggris ketika melakukan Brexit. Kedaulatan dan Regulasi Mandiri Inggris menjadi bebas dalam menentukan kebijakan perdagangan dan imigrasi tanpa campur tangan UE. Beberapa pihak memandang ini sebagai langkah penting untuk mengembalikan kontrol penuh atas kebijakan domestik. Inggris juga dapat mengamankan hak eksklusif atas perairannya yang diperkirakan meningkatkan pendapatan nelayan lokal hingga £145 juta per tahun pada 2026.
Lantas bagaimana jika Rexit berlaku? Rexit, atau gagasan keluarnya Rumania dari Uni Eropa (UE), sejauh ini masih bersifat spekulatif dan tidak menjadi agenda resmi. Namun, dampaknya dapat mencerminkan beberapa aspek dari pengalaman Brexit Inggris meski dengan konsekuensi yang berbeda karena peran dan ketergantungan Rumania pada UE. Seperti dalam aspek Ekonomi, Rumania masih bergantung terhadap bantuan pendanaan dari UE untuk infrastruktur, pendidikan, dan pembangunan ekonomi. Jika keluar dari UE, Rumania kehilangan akses ke sumber daya penting ini yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi. Kemudian Mobilitas warga Rumania saat ini bebas bekerja, belajar, dan tinggal di negara anggota UE lainnya. Dengan Rexit, hak ini bisa hilang, memengaruhi jutaan orang yang bekerja di luar negeri. Terakhir, jika keluar dari UE, Rumania yang berada di kawasan strategis dekat Rusia dapat melemahkan posisi geopolitiknya dan membuat dirinya lebih rentan terhadap tekanan eksternal terutama dari blok barat.
Namun, jika Rumania keluar dari UE melalui Rexit, posisinya di panggung internasional akan berubah secara signifikan. Bergabung dengan blok seperti BRICS (Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan) bisa menjadi salah satu opsi yang dipertimbangkan untuk mencari mitra ekonomi dan geopolitik baru, tetapi langkah ini memiliki tantangan dan konsekuensi besar.
Lalu bagaimana jika menjadi negara Non-Blok seperti halnya Indonesia? Sebagai negara non-blok, Rumania tidak akan terikat dengan aliansi militer atau ekonomi mana pun, termasuk Uni Eropa, NATO, atau blok lain seperti BRICS. Hal ini akan memberi Rumania kebebasan untuk menentukan kebijakan luar negerinya tanpa tekanan dari negara besar atau organisasi internasional walaupun menghadirkan tantangan tersendiri. Namun, lokasi geografis Rumania tidak memungkinkan untuk menjadi negara non-blok. Setelah Perang Dunia II berakhir dan perjanjian pembagian zona pengaruh antara Uni Soviet dan negara-negara Barat ditandatangani pada 1947, Rumania menjadi negara komunis dan bekerja sama dengan Blok Timur. Pada tahun tersebut, Rumania dipaksa untuk mengadopsi sistem komunis yang dipimpin oleh Uni Soviet. Setelah kerajaan Rumania dipaksa menyerahkan sebagian besar kekuasaannya kepada partai komunis yang pro-Soviet. Pada 1947, Raja Michael I dari Rumania dipaksa untuk turun takhta oleh tekanan dari Uni Soviet dan Rumania menjadi Republik Rakyat yang komunis. Negara ini kemudian menjadi anggota Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet yang terdiri dari negara-negara komunis di Eropa Timur. Rumania berada di bawah pengaruh politik dan militer Uni Soviet hingga akhir periode komunis pada tahun 1989 ketika rezim Ceausescu jatuh dalam Revolusi Rumania. Periode ini menandai kontrol ketat Uni Soviet atas negara-negara satelitnya, termasuk Rumania, yang tergabung dalam Pakta Warsawa dan Dewan Comecon, dua aliansi utama yang dipimpin Uni Soviet.
Dengan demikian apakah Rumania akan menjadi lebih baik atau justru sebaliknya di bawah kepemimpinan Călin Georgescu jika ia memenangkan putaran kedua pemilihan presiden 2024? Selain itu, akankah Uni Eropa, yang selama ini sangat diperhitungkan di dunia, melemah dengan berkurangnya jumlah anggotanya?
(Penulis: Ilham Catur Fhata S.E., M.Sc. Koordinator PPI Dunia Kawasan Amerika-Eropa 2023-2024 PPI Rumania)
(Arief Setyadi )