Sebelum perang tahun 1967, Dataran Tinggi Golan dihuni oleh ratusan ribu warga Suriah. Namun, perang tersebut memaksa banyak dari mereka mengungsi, meninggalkan wilayah yang kini dihuni oleh dua kelompok utama. Salah satunya adalah komunitas Druze, yang berjumlah sekitar 23.000 orang.
Sebagian besar dari mereka mempertahankan identitas dan kewarganegaraan Suriah, meskipun Israel telah menawarkan kewarganegaraan kepada mereka. Berbeda dengan Druze di wilayah Israel, mereka tidak diwajibkan mengikuti wajib militer.
Di sisi lain, terdapat sekitar 25.000 pemukim Yahudi yang tinggal di permukiman di wilayah Golan, yang menurut hukum internasional dianggap ilegal. Komunitas Druze memiliki keyakinan monoteistik atau adanya satu Tuhan dalam agama mereka, sehingga tetap menjaga hubungan erat dengan Suriah meskipun wilayah ini berada di bawah pendudukan Israel.
Dataran Tinggi Golan juga sering menjadi lokasi konflik militer. Sejak perang Gaza pecah pada bulan Oktober 2023, wilayah ini telah menghadapi serangan roket sporadis dari kelompok bersenjata, termasuk dari arah Lebanon. Serangan-serangan ini kerap memicu balasan dari Israel terhadap target di Suriah dan Lebanon.
(Erha Aprili Ramadhoni)