Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Gadis Cantik Mau Jadi Pekerja Kopi Cetol, Kemiskinan dan Putus Sekolah Alasannya

Avirista Midaada , Jurnalis-Senin, 20 Januari 2025 |18:36 WIB
Gadis Cantik Mau Jadi Pekerja Kopi Cetol, Kemiskinan dan Putus Sekolah Alasannya
Gadis cantik mau jadi pekerja Kopi Cetol karena desakan ekonomi (Foto : Okezone/Avirista)
A
A
A

MALANG - Desakan ekonomi yang membuat anak di bawah umur terpaksa menjadi pekerja kopi cetol di area Pasar Gondanglegi, Malang. Tercatat ada 7 pekerja anak yang terpaksa menjadi pelayan warung kopi plus-plus, atau istilahnya kopi cetol di Malang.

Kasatreskrim Polres Malang AKP Muhammad Nur mengungkapkan, ada 7 pelayan anak darı 32 pekerja warung kopi cetol yang diamankan pada razia Sabtu 4 Januari 2025. Anak yang jadi pelayan kopi cetol berinisial VO (14) asal Wagir, RPH (16) asal Sukun, Kota Malang, PR (14) asal Wonosari, RL (16) Asal Pagak, MAF (15) asal Wajak, serta PAA (15) dan MR (17) asal Dampit , Kabupaten Malang, Wagir, Kabupaten Malang.

"Kita temukan beberapa korban yang di bawah umur, maka lakukan kita lakukan proses penyelidikan dan penyidikan, bahwasannya kita temukan pengembangan dari kasus tersebut 6 tersangka yang memiliki warung kopi cetol di Pasar Gondanglegi," ucap Muhammad Nur, di Mapolres Malang, Senin sore (20/1/2025).

1. Rata-Rata Putus Sekolah

M. Nur menambahkan, selain membuka usaha di area sekitar Pasar Gondanglegi, Malang, pelaku juga membuka usaha warung kopi cetol di sekitar rumahnya masing-masing. Di mana para korbannya mayoritas dibujuk rayu dengan iming-iming mendapat uang, karena desakan ekonomi.

"Mayoritas memang dari keluarga kurang mampu dan anak-anak ini putus sekolah," kata mantan Kasatreskrim Polres Tulungagung ini.

Sementara itu, Pekerja Sosial Kementerian Sosial (Kemensos) Faroha menyampaikan, bahwa pihaknya baru menganalisis satu darı 7 anak yang jadi korban perdagangan manusia. Satu anak itu terlihat trauma psikis, apalagi saat proses razia itu menjadi perbincangan dan viral di media sosial (medsos).

"Kami memang belum asesmen semuanya, tapi memang ada yang trauma, jadi anaknya kami belum ketemu semua, cuma baru 1 orang, memang kondisinya ketakutan karena di bawah umur. Itu kan terkenal juga, karena kan ada postingan mentalnya kena," ucap Faroha, usai mendampingi korban anak.

 

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement