Ketika ditanya pada Rabu, (22/1/2025) tentang komentar Blinken, Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon mengakui upaya perekrutan Hamas tetapi mengecilkan ancaman tersebut.
"Kami tahu bahwa Hamas merekrut anak muda," kata Danon. "Namun, meskipun mereka merekrut anak muda, mereka tidak memiliki senjata atau fasilitas pelatihan. Jadi pada dasarnya, ya, Anda dapat menghasut anak muda itu untuk melawan Israel, tetapi mereka tidak dapat menjadi teroris, karena Anda tidak dapat mempersenjatai mereka dengan senjata atau roket."
Setelah gencatan senjata, pasukan Israel mulai mundur dari beberapa posisi mereka di Gaza. Fase kedua dari kesepakatan gencatan senjata dapat mengakhiri pertempuran secara permanen.
Ketentuan fase tersebut masih perlu dinegosiasikan.
Dalam pidato pengunduran dirinya pada Selasa, (21/1/2025) Letnan Jenderal Herzi Halevi, kepala militer Israel, mengatakan Hamas telah mengalami kerusakan parah dan sebagian besar komandan militer kelompok tersebut telah tewas. Namun, ia mengatakan kelompok tersebut belum berhasil dilenyapkan dan Pasukan Pertahanan Israel akan terus berjuang untuk lebih membubarkan Hamas.
Salah satu isu tersulit yang terlibat dalam negosiasi tahap selanjutnya adalah tata kelola Gaza pascaperang. Beberapa pejabat Israel mengatakan mereka tidak akan menerima Hamas tetap berkuasa. Hamas sejauh ini belum mengalah.
Penasihat keamanan nasional Presiden Donald Trump yang baru dilantik, Mike Waltz, mengatakan pada Minggu bahwa Hamas tidak akan pernah memerintah Gaza dan jika mengingkari kesepakatan, Washington akan mendukung Israel "dalam melakukan apa yang harus dilakukannya."
(Rahman Asmardika)