JAKARTA – Sejak 2018, Presiden Donald Trump telah mengumumkan perang dagang dengan China yang berimbas kepada negara lain. Perang ini juga selalu didasari dengan hukum AS tertentu seperti, impor asing sebagai ancaman nasional, serta mengenakan tarif dan/atau kuota pada impor.
Pada Sabtu lalu (1/2/2025), Trump kembali membuat heboh dunia dengan menandatangani perintah terkait tarif bea masuk sebesar 10% atas produk China dan 25% atas impor dari Meksiko dan Kanada, serta Sumber Daya Energi dari Kanada akan menerima tarif sebesar 10%.
Berikut 6 fakta Perang Dagang Jilid II Trump di tahun ini.
Donald Trump mengatakan bahwa tariff yang diumumkan terhadap tiga negara: Kanada, Meksiko, dan China merupakan bentuk respon atas kekhawatiran tentang imigrasi illegal dan perdagangan narkoba yang marak terjadi beberapa tahun belakangan ini.
Penerapan tarif ini juga menjadi ujung tombak dari janji Trump saat kampanye nya sekaligus memangkas deficit neraca perdagangan dengan memberikan tarif sebesar minimal 10% untuk produk-produk asing yang akan masuk.
Kanada memberikan respon lebih awal dengan pemberian tarif 25% pada produk-produk AS yang pada akhirnya bernilai 155 miliar dolar Kanada.
Sementara Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum juga akan memberikan tarif balasan terhadap produk-produk AS sebesar 5%-20% pada bahan pokok, baja manufaktur, dan aumunium, tetapi akan melihat perkembangan situasi dengan “kepala dingin” sambil mempersiapkan alternatif solusi.
Sebagai negara dengan penanaman modal asing langsung (FDI) oleh AS yang meningkat pada 2022, membuat Kanada menjadi salah satu negara yang bergantung dengan pasokan eskpor teratas untuk 23 negara bagian dari AS. Tentu dengan adanya kebijakan ini, akan menambah tekanan inflasi bagi Kanada, Selain itu, dapat menyebabkan penurunan PDB sebesar 2,7% di tahun ini dan 4,3% di tahun depan.
Di sisi lain, AS menjadi pasar luar negeri terpenting bagi Meksiko. Ekspor AS ke Meksiko berjumlah lebih dari USD322miliar pada 2023 menurut data Biro Sensus, sementara AS mengimpor produk ke Meksiko sejumlah lebih dari USD475 miliar. Melihat hal ini, Meksiko akan paling terkena imbas lebih, meningkatnya inflasi sebesar 6%, naik dari 4,2% pada Desember lalu.