Hary pun heran media konvensional berbasis nasional tak bisa melawan dan bersikap atas fenomena ini. Padahal, kata dia, solusinya hanya pada aspek regulasi.
"Ini tidak bisa terus-menerus.Saya tuh kadang heran, kita ini di media, kenapa gak bisa kompak melawan ini? Karena solusinya regulasi," ucap Hary.
Lantas, Hary pun mencontohkan Amerika Serikat yang berani bersikap untuk "mengusir" TikTok. Di negeri Paman Sam, kata Hary, media nasional sangat mendominasi. Untuk itu, ia menilai, Pemerintah perlu turun tangan untuk mengatasi hal ini.
"Saya tidak bisa, gak perlu panjang-panjang sebetulnya. Karena solusi dari kita semua, kalau media nasional mau survive secara komersial, media nasional mau berperan di dalam pemberitaan di dalam demokrasi nasional untuk kepentingan Indonesia. Harus tegas membuat aturan memisahkan antara asing dan nasional," terang Hary.
"Jadi kesimpulan, sebaiknya KPI, Dewan Pers duduk, libatkan kawan-kawan yang punya hati untuk membangun media ini solid lagi, media nasional. Ya bagaimana kita membuat pokja kelompok pekerja, merumuskan hal-hal yang perlu kita sampaikan untuk menjadi aturan," pungkasnya.
(Khafid Mardiyansyah)