Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Pasangan Muda Ogah Berumah Tangga, Angka Pernikahan China Merosot ke Tingkat Terendah dalam Sejarah

Rahman Asmardika , Jurnalis-Jum'at, 21 Februari 2025 |13:05 WIB
Pasangan Muda Ogah Berumah Tangga, Angka Pernikahan China Merosot ke Tingkat Terendah dalam Sejarah
Ilustrasi. (Foto: Reuters)
A
A
A

Jam kerja yang panjang, stres yang tinggi, dan ketidakamanan pekerjaan membuat pernikahan dan perencanaan keluarga menjadi sulit. Banyak yang memprioritaskan karier mereka daripada memulai keluarga, memandang pernikahan sebagai hambatan potensial bagi pertumbuhan profesional.

Selain itu, tekanan masyarakat dan harapan keluarga juga dapat membuat putus asa.

Tradisi anggota keluarga yang lebih tua mendesak generasi muda untuk menikah telah menyebabkan penolakan di kalangan pemuda yang lebih suka membuat pilihan hidup mereka sendiri.

Upaya Pemerintah

Menyadari krisis demografi, pemerintah China telah menerapkan berbagai langkah untuk mendorong pernikahan dan kelahiran anak. Ini termasuk insentif keuangan, kebijakan perumahan yang longgar, dan tunjangan tempat kerja bagi pasangan yang sudah menikah dan orang tua.

Namun, meski ada berbagai upaya oleh pihak berwenang untuk mendorong pasangan muda untuk menikah dan memiliki anak, angka pernikahan di China terus menurun.

Para ahli telah menunjukkan bahwa penurunan angka penrikahan dan keahiran di China ini berpotensi menyebabkan penurunan demografi dengan populasi yang menua dan berkurangnya tenaga kerja, yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja.

Dengan lebih sedikit orang muda yang memasuki dunia kerja, negara tersebut berisiko mengalami perlambatan produktivitas dan inovasi. Tenaga kerja yang menyusut juga meningkatkan beban pada sistem jaminan sosial dan pensiun.

Selain itu, isu ini juga berpotensi menyebabkan perlambatan ekonomi, dengan tingkat kelahiran yang lebih rendah menyebabkan berkurangnya permintaan konsumen dari waktu ke waktu. Lebih sedikit anak berarti pengeluaran yang lebih rendah untuk pendidikan, produk perawatan anak, dan layanan terkait keluarga.

Dalam jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan stagnasi ekonomi.

Ada juga pergeseran isu sosial dan budaya yang perlu menjadi perhatian. Penurunan angka pernikahan dan kelahiran dikhawatirkan dapat menyebabkan perubahan signifikan dalam struktur keluarga dan dinamika sosial.

Sistem pendukung berbasis keluarga tradisional untuk perawatan lansia dapat melemah, meningkatkan ketergantungan pada sistem kesejahteraan pemerintah.

 

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement