Masalah sosial lainnya adalah potensi meningkatnya masalah sosial terkait gender, dengan jumlah pria yang jauh lebih banyak dari pada perempuan. Ketimpangan ini dapat menyebabkan isu seperti kesepian, masalah kesehatan mental, dan ketidakstabilan sosial dapat meningkat.
Beberapa ahli memperingatkan bahwa meningkatnya jumlah pria yang tidak menikah di daerah pedesaan di China dapat menyebabkan tingkat perdagangan manusia dan praktik pembelian pengantin yang lebih tinggi.
Namun, untuk menghadapi tren ini, China mungkin perlu memperkenalkan reformasi yang lebih substansial, termasuk dukungan ekonomi komprehensif, fleksibilitas tempat kerja, langkah-langkah kesetaraan gender, dan jaminan sosial yang ditingkatkan.
Angka pernikahan terendah di China pada 2024 merupakan gejala tantangan sosial ekonomi yang lebih dalam, yang memerlukan respons kebijakan komprehensif.
Meski pemerintah China telah mengambil langkah-langkah untuk mendorong pernikahan dan kelahiran anak, reformasi struktural yang lebih luas diperlukan untuk mengatasi tekanan ekonomi, keseimbangan kehidupan kerja, dan kesenjangan gender.
Tanpa intervensi yang efektif, China menghadapi risiko penurunan populasi jangka panjang, perlambatan ekonomi, dan pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat secara mendalam.
(Rahman Asmardika)