Assad digulingkan Desember lalu setelah puluhan tahun pemerintahan dinasti oleh keluarganya yang ditandai dengan penindasan yang parah dan perang saudara yang menghancurkan.
Presiden sementara Suriah, Ahmed Sharaa, saat mendukung tindakan keras tersebut dalam pidato yang disiarkan televisi pada Jumat, (7/3/2025) malam, mengatakan pasukan keamanan seharusnya tidak membiarkan siapa pun "melebih-lebihkan tanggapan mereka ... karena yang membedakan kita dari musuh kita adalah komitmen kita terhadap nilai-nilai kita."
"Ketika kita menyerah pada moral kita, kita dan musuh kita berakhir di pihak yang sama," katanya sebagaimana dilansir Reuters, seraya menambahkan bahwa warga sipil dan tawanan tidak boleh diperlakukan dengan buruk.
Abdulrahman, seorang kritikus terkemuka terhadap pemerintahan yang dipimpin Assad yang mendokumentasikan dugaan pembunuhan yang dilakukan selama lebih dari satu dekade, mengatakan: "Ini bukan tentang mendukung atau menentang rezim Assad sebelumnya. Ini adalah pembantaian sektarian yang bertujuan untuk mengusir penduduk Alawite dari rumah mereka."
Kementerian pertahanan dan badan keamanan dalam negeri mengatakan pada hari Sabtu bahwa mereka berusaha untuk memulihkan ketenangan dan ketertiban serta mencegah pelanggaran terhadap warga sipil di wilayah pesisir.
Enam penduduk wilayah pesisir mengatakan ribuan warga Alawite dan Kristen telah meninggalkan rumah mereka sejak Kamis, karena takut akan keselamatan mereka.
Beberapa ratus orang, sebagian besar wanita dan anak-anak serta orang tua, mencari perlindungan di pangkalan militer Rusia di Mediterania di Hmeimim di Latakia, menurut rekaman dari tempat kejadian dan dua orang yang mengetahui masalah tersebut.
(Rahman Asmardika)