China melihat kapal selam terbarunya sebagai pencegah strategis utama terhadap kelompok penyerang kapal induk dan pangkalan militer musuh dengan tetap menjaga 9 garis putus-putusnya dalam perspektif yang tumpang tindih dengan wilayah beberapa negara seperti Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam.
Sembilan garis putus-putus China telah mengakibatkan banyaknya sengketa teritorial di Laut China Selatan dan di saat yang sama, merupakan kepentingan strategis utama bagi perdagangan maritim AS.
Kini, dengan Donald Trump kembali berkuasa di Amerika Serikat, situasi geopolitik di Laut China Selatan telah menjadi seperti kabel listrik, dengan negara-negara saling bersitegang dan satu kesalahan dapat memicu perang dunia.
(Rahman Asmardika)