JAKARTA - Keraton Majapahit konon dibangun secara bertahap sebelum kerajaan benar-benar di masa kejayaan. Pembangunannya konon disesuaikan dengan pola permukiman yang berkembang di Jawa pada saat itu. Dimana bangunan tempat tinggal raja dibangun dikelilingi oleh rumah-rumah pengikut dan perwira setianya.
Bangunan itu terdapat pada suatu dataran rendah yang subur. Perkembangan lingkungan selanjutnya dilakukan sesuai dengan perkembangan kekuasaan dan kepercayaan. Dari data lapangan dapat diketahui bahwa orientasi perletakan bangunan penting mengikuti susunan heriearki kepercayaan Hindu dan Buddha.
Beberapa pendapat berpedoman peletakan bagian-bagian dari keraton Majapahit mengikuti patokan-patokan kota India meski pendapat itu akhirnya susah diterima. Pembangunan permukiman dan kompleks istana Majapahit dipengaruhi oleh kepercayaan Hindu atau Buddha, tapi tidak sama dengan cara membangun kota di India.
Beberapa sumber sejarah dan pendapat para ahli kata Prof. Parmono Atmadi pada jurnal berjudul "Bunga Rampai Arsitektur dan Pola Kota Keraton Majapahit", di buku "700 Tahun Majapahit Suatu Bunga Rampai", disebutkan, salah satu dasar orientasi yang rupanya digunakan dalam menentukan tata ruang dan letak bangunan di Majapahit, dan di Jawa pada waktu itu adalah orientasi pada alam.
Orientasi dan tanda alam seperti gunung, dataran, dan laut. Gunung disimbolkan sebagai tempat suci dan laut sebagai tempat kurang suci. Pada kasus Keraton Majapahit, letak Keraton berada pada suatu dataran rendah yang mempunyai sumber air.
Laut berada di sebelah utara, sedang gunung berada di sebelah selatan, atau berorientasi ke gunung, sehingga dapat diperkirakan bahwa letak fasilitas ibadah akan terletak di sebelah selatan, sedang fasilitas kediaman raja akan ada di bagian tengah dan bagian penerimaan tamu atau pintu masuk berada di sebelah utara, sebagaimana pada Kakawin Nagarakretagama.
Pendapat lain juga menyebutkan, ada kecocokan hal tersebut dengan keadaan pada waktu itu. Konon Keraton Majapahit berorientasi ke arah uțara. Semua bagian kota yang penting berada di sebelah utara, sedangkan pemukiman rakyatnya berada di sebelah selatan keraton.
(Awaludin)