"Kita dinilai dunia sebagai netizen yang tak sopan. Kita harus mengingat pencaci maki dianggap perilaku jahat, sebaliknya bila cacian dibalas cacian, artinya kita juga berprilaku jahat. Inilah yang membuat demokrasi kita terasa panas dan gerah, tanpa solusi dan hanya ada kemarahan,” kata dia.
Ia pun mengajak seluruh elemen bangsa, menjadikan Idul Fitri sebagai ajang untuk memaafkan dan mengoreksi diri demi masa depan bangsa. Indonesia terlalu besar dan berharga untuk dikorbankan demi kepentingan kelompok tertentu.
"Marilah jadikan media sosial sumber pahala kita, jangan dijadikan sumber dosa dan permusuhan, untuk caci-maki, provokasi, ghibah dan namimah (menggunjing dan adu domba),” pungkasnya.
(Fahmi Firdaus )