Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Peran Sejumlah Eks Laskar Pangeran Diponegoro dalam Penyebaran Islam di Malang Raya

Avirista Midaada , Jurnalis-Rabu, 02 April 2025 |10:08 WIB
Peran Sejumlah Eks Laskar Pangeran Diponegoro dalam Penyebaran Islam di Malang Raya
Makam Eyang Djoego atau Kiai Zakaria II eks pengikut Pangeran Diponegoro di lereng Gunung Kawi Malang (Avirista Midaada / MPI)
A
A
A

MALANG - Penyebaran Islam di Nusantara kian meluas usai kekalahan Pangeran Diponegoro di Perang Jawa. Sebab saat itu Pangeran Diponegoro yang membubarkan laskar atau prajuritnya membuat masing-masing individu laskar itu menyebar ke beberapa daerah di Pulau Jawa dan luar Jawa. 

Di Malang raya, ada beberapa catatan sejarah pasukan Pangeran Diponegoro yang turut berjuang memperjuangkan penyebaran agama Islam. Selain itu, sebagai bekas prajurit perang melawan Belanda, membuat mereka juga turut berjuang memberikan perlawanan ke Belanda.

Sejarawan Universitas Negeri Malang (UM) Najib Jauhari mengatakan, memang sebelum Perang Jawa berakhir sudah ada beberapa penyebar agama Islam yang masuk ke Malang raya. Mereka juga berperan menyebarkan agama Islam, tapi begitu Perang Jawa di bawah komando Pangeran Diponegoro berakhir pada 1830-an bekas laskar Diponegoro ini menyebar ke beberapa wilayah.

"Sejak Diponegoro menyerah itu tidak lagi ribut masalah Perang Jawa. Begitu perang itu berakhir, 1835 semua perwiranya menyebar fokus menyebarkan agama Islam terutama ke pedalaman, termasuk ke Malang Raya," kata Najib Jauhari dikutip Rabu (2/4/2025). 

Najib membeberkan, ada perubahan pola dari sejak Perang Jawa berakhir dan para perwira pasukan Pangeran Diponegoro berkelana ke beberapa daerah. Mereka yang sebelumnya hanya fokus berperang melawan Belanda, juga menyebarkan agama islam. Apalagi para pasukan ini ternyata juga mendapat ilmu agama dari Diponegoro, yang merupakan ulama dan pejuang juga.

"Sejak Diponegoro menyerah itu tidak lagi ribut masalah Perang Jawa. Begitu perang itu berakhir, 1835 semua perwiranya menyebar fokus menyebarkan agama Islam terutama ke pedalaman, termasuk ke Malang Raya. Sebelumnya nggak ngurusi, tapi ngurusi perangnya saja, tapi setelah itu strategi perjuangannya berbeda," paparnya.

 

Di Malang sendiri diidentifikasi ada setidaknya beberapa titik bekas laskar Pangeran Diponegoro yang ikut menyebarkan agama Islam, mulai dari Eyang Djoego atau nama Kyai Zakaria II di kawasan Gunung Kawi, Kiai Hamimuddin di Bungkuk, Singosari, serta makan di daerah Bantur, Kabupaten Malang. Dari tiga sosok itu dua sosok diketahui merupakan perwira atau petinggi pasukan, sedangkan sisanya pasukan biasa.

"(Para eks laskar Pangeran Diponegoro) Mereka juga punya level pengetahuan agamanya masing-masing, untuk mengajarkan Islam yang secara kaffah apakah hanya prajurit yang tingkat bawah saja, beda-beda jadi yang di atas juga bisa," kata dosen Program Studi Sejarah di UM Malang ini.

Menurutnya, karena berdasarkan tingkatkan pangkat di pasukan Diponegoro itulah yang membuat terjadi perbedaan pemahaman agama Islam yang diajarkan juga oleh Pangeran Diponegoro. Mereka yang dekat dengan Pangeran Diponegoro karene menjadi pemimpin pasukan atau berbeda dengan yang pasukan biasa, secara ilmu yang didapat dari sang pangeran.

"Sama-sama laskar Diponegoro, kan laskar Diponegoro banyak, yang tampil juga beberapa saja. Tapi laskar kan itu juga ada yang tingkat perwira tinggi, menengah dan ada yang prajurit biasa," tuturnya.

"Yang di Bantur itu dia prajurit biasa, menyebarkan agama Islam semampunya. Tidak bisa mendetail, hanya belajar syari'at, bukan thoriqohnya, ngajarin salat seperti apa, gak detail ke syariat lainnya," tukasnya.

(Puteranegara Batubara)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement