Menurut Wafid, erupsi-erupsi Gunung Marapi terjadi diperkirakan karena buka-tutup ventilasi konduit di bagian dasar kawah verbeek. Saat terjadi pengerasan lava karena proses pendinginan yang dapat dipercepat oleh masuknya air meteorik, maka ventilasi konduit akan menutup dan gas magmatik tidak dapat lepas ke atmosfir sehingga terjadi akumulasi tekanan di bagian dangkal dekat permukaan.
“Lalu saat batas kejenuhan tekanan terlewati mengakibatkan terjadinya erupsi dan ventilasi konduit membuka kembali. Proses seperti itu berulang dan selama dinamika pasokan magma dari kedalaman masih berlangsung maka erupsi- erupsi dapat terjadi kembali,” terangnya.
Dengan kondisi Gunung Marapi seperti itu potensi terjadinya letusan/erupsi masih tetap ada yang dapat terjadi sewaktu-waktu sebagai bentuk dari pelepasan energi, dengan potensi bahaya dari lontaran material letusan diperkirakan di dalam wilayah radius 3 km dari pusat aktivitas Gunung Marapi.
“Warga diminta tidak mendekati puncak radius 3 kilometer, karena lontaran material bisa mencapai di radius tersebut,” pungkasnya.
(Awaludin)