Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Ribuan Warga Gaza Diamputasi Akibat Serangan Israel

Erha Aprili Ramadhoni , Jurnalis-Jum'at, 11 April 2025 |14:52 WIB
Ribuan Warga Gaza Diamputasi Akibat Serangan Israel
Ribuan Warga Gaza Diamputasi Akibat Serangan Israel (Reuters)
A
A
A

GAZA - Sebanyak 7.000 anak Palestina di Gaza terluka sejak serangan Israel pada Oktober 2023. Ratusan anak kehilangan anggota tubuh, penglihatan, atau pendengaran. Bahkan ribuan warga harus diamputasi.

1. Mimpi Warga Gaza Sirna 

Farah Abu Qainas berharap untuk menjadi seorang guru. Namun, serangan udara Israel tahun lalu melukainya begitu parah hingga ia kehilangan kaki kirinya. Ini membuat semua rencana masa depannya menjadi diragukan. Wanita berusia 21 tahun itu kini menambah datar ribuan penyandang amputasi baru di Gaza yang hancur.

Masih tinggal di tempat penampungan sementara, Abu Qainas menghadiri sesi fisioterapi di sebuah pusat prostetik di wilayah tersebut. Tempat ia menunggu di kursi roda untuk mendapatkan anggota tubuh buatan yang dapat memberinya kebebasan lagi.

"Hari itu saya kehilangan lebih dari sekadar kaki saya. Mimpi saya sirna," katanya, melansir Reuters, Jumat (11/4/2025). 

"Saya ingin kuliah dan mengajar anak-anak. Namun, cedera ini telah merenggut masa depan itu," ujarnya.

2. Ribuan Orang Diamputasi

Sejak serangan Israel pada Oktober 2023, Otoritas Kesehatan di Gaza menyatakan lebih dari 50 ribu warga Palestina di daerah kantong tersebut. Sementara ribuan orang lainnya telah menderita cedera yang akan mengubah hidup mereka selama beberapa dekade mendatang. 

Namun di tengah agresi Israel yang telah membuat sistem medis hampir tidak dapat berfungsi, perkiraan jumlah warga Palestina yang kehilangan anggota tubuh bervariasi. 

"Di seluruh Gaza, diperkirakan 4.500 orang yang diamputasi baru memerlukan prostetik, selain 2.000 kasus yang ada yang memerlukan perawatan dan tindak lanjut," Badan Kemanusiaan PBB OCHA melaporkan bulan lalu. 

 

Ahmed Mousa, yang menjalankan program rehabilitasi fisik di Gaza untuk Komite Internasional Palang Merah (ICRC), mengatakan sedikitnya 3.000 orang telah terdaftar dalam program mereka. Dengan 1.800 di antaranya telah diamputasi. Menurut OCHA dan ICRC, ribuan orang Palestina lainnya telah menderita cedera tulang belakang atau kehilangan penglihatan atau pendengaran. 

Pejabat ICRC menyatakan, banyaknya jumlah korban luka telah memperlambat dan mempersulit upaya untuk memberikan perawatan. Mengirimkan anggota tubuh buatan ke Jalur Gaza merupakan tantangan. 

"Saat ini, mendapatkan prostetik atau alat bantu mobilitas yang tepat semakin menjadi tantangan di Gaza dan sayangnya tidak ada jadwal yang jelas bagi banyak orang," kata Mousa.

Israel menangguhkan semua bantuan kemanusiaan ke Gaza setelah gencatan senjata yang telah berlangsung selama dua bulan gagal bulan lalu.

Abu Qainas, yang mengikuti program terapi Moussa, mengatakan bahwa dia tidak tahu kapan dia akan mendapatkan kaki buatan atau perawatan di luar negeri. 

"Mereka menyuruh saya untuk menunggu, tetapi saya tidak tahu apakah itu akan terjadi dalam waktu dekat," katanya.

3. Anak-Anak yang Diamputasi

Anak-anak tidak luput dari pembantaian. Sebuah studi pada bulan April oleh Biro Statistik Palestina mengatakan sedikitnya 7.000 anak telah terluka sejak Oktober 2023, dengan ratusan anak kehilangan anggota tubuh, penglihatan, atau pendengaran.

 

Shaza Hamdan yang berusia tujuh tahun ingin belajar mengendarai sepeda, katanya.

"Ayah saya meminta (saya) untuk ikut jalan-jalan, sebelum peluru mulai berjatuhan menimpa kami seperti hujan. Satu peluru mengenai kaki saya dan memotongnya, dan yang lainnya mengenai lengan ayah saya," katanya.

Shaza menjalani operasi dua kali dan dokter harus melakukan amputasi lebih lanjut pada kaki yang terluka karena peradangan.

"Saya menjadi tergantung pada ibu saya. Dia melakukan segalanya untuk saya. Hidup saya lebih buruk dari sebelumnya. Sebelum saya terluka, saya bisa bermain," katanya.

Ayahnya, Karim Hamdan, mengatakan kesehatan mental Shaza memburuk saat dia menunggu untuk pergi ke luar negeri untuk berobat. 

"Tidak ada anggota tubuh buatan di Gaza, dan satu-satunya solusi adalah berobat ke luar Gaza. Gadis itu menjadi tidak sabar, bertanya banyak hal, dan menangis setiap hari. Dia ingin merasa sedikit normal," katanya. 

Ismail Mehr, seorang ahli anestesi dari negara bagian New York yang telah memimpin beberapa misi medis ke Gaza selama perang saat ini dan sebelumnya, mengatakan kurangnya perawatan yang memadai berarti lebih banyak anggota tubuh yang bisa hilang dan anggota tubuh yang sudah diamputasi akan semakin berkurang. 

"Lebih dari 99% amputasi dilakukan dalam kondisi di bawah standar, bukan karena kesalahan dokter, kurangnya sterilisasi dan peralatan yang tepat, dan terkadang bahkan dilakukan oleh dokter yang biasanya tidak memiliki spesialisasi dalam prosedur tersebut," katanya.

(Erha Aprili Ramadhoni)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement