Presiden Prabowo juga mengungkapkan kekagumannya terhadap tokoh-tokoh besar dalam sejarah Turki seperti Mustafa Kemal Atatürk dan Sultan Mehmed Sang Penakluk, yang menurutnya menjadi inspirasi dalam kepemimpinannya. “Di kantor saya ada patung Atatürk, bahkan di rumah saya pun ada,” ujar Presiden. Ia menyebut Atatürk sebagai simbol keberanian, kepemimpinan, patriotisme, dan semangat pantang menyerah, nilai-nilai yang kini sangat relevan dalam menghadapi tantangan geopolitik global.
Dalam pidatonya, Presiden menegaskan posisi Indonesia yang mendukung penuh sikap tegas Turki terhadap penindasan di Palestina. Ia menyebut bahwa banyak negara memilih bersikap pura-pura terhadap penderitaan di Gaza, namun Indonesia tidak termasuk di antaranya. “Pemerintah Indonesia berdiri bersama Turkiye dalam menyuarakan keadilan bagi rakyat Palestina,” ucapnya.
Selain itu, Presiden juga menyampaikan visinya tentang transformasi besar yang tengah dilakukan di Indonesia, yaitu membangun pemerintahan yang bersih dari korupsi dan mendorong penguatan ekonomi nasional. Ia menyampaikan keinginannya untuk memperkuat kerja sama dengan Turkiye, terutama dalam bidang ekonomi, pertahanan, serta budaya dan pendidikan.
PCINU Turki menyatakan bahwa pesan-pesan Presiden dalam pidatonya sangat relevan dengan semangat diaspora Indonesia yang berada di Turki, terutama dalam bidang seni dan kebudayaan Islam. “Potensi kader NU yang telah berkiprah di dunia seni kaligrafi di Turki menjadi peluang emas untuk menjembatani hubungan seni dan budaya antara kedua negara,” jelas perwakilan PCINU.
Kunjungan ini menjadi momentum yang mempererat hubungan bilateral Indonesia-Turkiye sekaligus memperkuat kontribusi diaspora Indonesia dalam menjalin diplomasi kebudayaan. (Jum’at, 11 April 2025)
(Khafid Mardiyansyah)