Dari sana teman-temannya menyampaikan kelakuan oknum gurunya selama ini. Namun, tetap tidak mendapatkan keadilan. Sehingga pada 22 Mei 2025 malam, mereka kembali membuat grup dan merencanakan untuk kembali menggelar aksi. Mereka juga mengumpulkan berbagai bukti berupa chat Whatsapp serta membuat spanduk untuk alat demonstrasi.
Paginya, mereka beraktivitas seperti biasa, membaca Surat Yasin bersama di lapangan sekolah. Namun, perwakilan dari mereka dipanggil untuk melakukan mediasi tanpa didampingi wali siswa, hanya ada komite dan pihak kepolisian.
"Gak tahu kenapa, tiba-tiba teman yang lain teriak lalu kita demo," tegasnya
Hal tidak mengenakan ternyata juga pernah dialami K. "Kalau aku kenapa ikut dimintai karena pas lagi olahraga, selesai berenang bapak manggil aku katanya ‘lagi pengen’ terus ngajak aku dugem. Aku nolak pas itu," ungkap K.
Menurut K, ada 14 siswa yang dipanggil ke Polres untuk dimintai keterangan. Mereka terdiri dari 11 perempuan dan 3 orang laki-laki. Dari temannya, ada satu menurut pengakuan K yang sudah sampai dipegang oknum guru itu.
"Ada satu, dia dipanggil ke ruang olahraga, sendirian gak boleh ajak teman. Di ruangan teman saya A ini mau dicium, kalau mau dikasih uang Rp1 juta. Tapi ditolak sama teman saya, dijawabnya kalau uang segitu pacar dan orang tua saya ada," pungkasnya.